bdadinfo.com

Sejarah Jam Gadang di Bukittinggi, Ternyata Jadi Kembaran Big Ben Inggris karena Banyak Kesamaan - News

Sejarah Jam Gadang yang mengalami perubahan sesuai zaman (Youtube Kaba Rantau Official)

- Jam Gadang yang kita kenal saat ini menjadi destinasi wisata di Bukittinggi. Namun ternyata jam tersebut kaya akan sejarah.

Gaya Jam gadang dari masa ke masa pun kerap berubah-ubah sesuai dengan zaman.

Saat ini, atap Jam Gadang terlihat bergaya Minang dengan ujung atap tajam khas Minangkabau.

Baca Juga: Bupati Eka Putra Beberkan Keberhasilan Tanah Datar Raih Penghargaan TPID Award 2022

Namun tahukah Kamu bila atap Jam Gadang ini sudah beberapa kali berubah-ubah?

Metamorfosis perubahan atap Jam Gadang pun berubah sesuai dengan penguasa yang berkepentingan saat itu.

Mulai dari kolonialisme Belanda, kemudian kedatangan Jepang, dan terakhir kini sesuai dengan gaya masyarakat Minang.

Baca Juga: Alhamdulillah, 1.000 Anak Kurang Mampu Kota Pariaman Terima Santunan

Jam Gadang dibangun sejak tahun 1926, kala itu Bukittinggi masih bernama Fort de Kock dan masih dibawah kekuasaan kolonialisme Hindia Belanda.

Pembangunan Jam Gadang sendiri dilakukan atas perintah Ratu Belanda kala itu, sebagai hadiah kepada Sekretaris Fort de Kock kala itu, Rukmaker.

Mesin Jam Gadang ini dibuat oleh orang berkebangsaan Jerman bernama Bernhard Hotman, sementara itu arsiteknya adalah Yazid Raja Mangkuto.

Baca Juga: Selusuri Jejak Nakhoda Pagaruyung yang Berlayar dari Batubara ke Pulau Penang, UAS Keturunan Nakhoda Ismail

Awalnya, Jam Gadang dibuat dengan atap yang berbeda dari saat ini. Atap Jam Gadang saat pertama kali dibuat berbentuk kerucut dan dihiasi patung ayam jantan menghadap ke Timur.

Desain ini seperti pada umumnya desain bangunan Eropa pada saat itu. Mengingat saat itu Indonesia masih dibawah kekuasaan Belanda, maka arsitektur pun kerap menggunakan gaya Belanda.

Setelah Jepang masuk ke Indonesia, gaya Jam gadang pun berubah. Jepang membuat kebijakan mengubah atap Jam Gadang.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat