- Presiden Joe Biden telah menegaskan bahwa AS akan melancarkan tindakan militer tambahan terhadap Kelompok Houthi, di Yaman jika mereka terus melancarkan serangan terhadap pengiriman di Laut Merah.
Meskipun telah terjadi puluhan serangan udara oleh AS dan Inggris terhadap fasilitas kelompok yang didukung Iran tersebut.
Dalam menghadapi kekhawatiran akan konflik regional yang semakin meluas, pesawat tempur, kapal, dan kapal selam AS dan Inggris telah melakukan serangan misil terhadap sejumlah target di seluruh Yaman yang dikuasai oleh kelompok Houthi.
Baca Juga: Prabowo Subianto Memuji Jokowi dan Megawati, Bersiap Melanjutkan Program Pembangunan
Kelompok Houthi sendiri menggambarkan serangan maritimnya sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina yang sedang dikepung oleh Israel di Gaza yang diperintah oleh Hamas.
Meskipun pemimpin Houthi bersumpah untuk melakukan pembalasan, Presiden Biden memperingatkan bahwa AS bisa melancarkan lebih banyak serangan jika serangan terhadap kapal dagang dan militer tidak dihentikan.
Dilansir dari Reuters, pada Jumat, terjadi ledakan di pangkalan militer dekat bandara Sanaa dan kota Taiz, pangkalan angkatan laut di pelabuhan Hodeidah, serta pangkalan militer di provinsi pesisir Hajjah.
Serangan ini bertujuan mengurangi kemampuan Houthi untuk menyimpan, meluncurkan, dan mengarahkan misil atau drone yang telah mereka gunakan untuk mengancam pengiriman di Laut Merah.
Pentagon menyatakan bahwa serangan AS-Inggris berhasil mengurangi kemampuan Houthi untuk meluncurkan serangan baru, dengan 60 target di 28 lokasi yang terkena serangan.
Meskipun Houthi mengklaim bahwa lima pejuang mereka tewas, mereka bersikeras untuk melanjutkan serangan terhadap pengiriman regional.
Pusat Informasi Perdagangan Maritim Inggris menerima laporan tentang peluncuran misil dekat kapal tanker di Yaman, sedangkan perusahaan keamanan pengiriman, Ambrey, mengidentifikasinya sebagai kapal tanker bendera Panama yang membawa minyak Rusia.
Rekaman drone milik Houthi menunjukkan demonstrasi rakyat di Sanaa yang menentang Israel dan AS.