bdadinfo.com

Dulu Masyarakat Pati dan Ajaran Saminisme Terapkan Kehidupan Tanpa Kekeraasan, Dengan Kedipan Mata Kini Identik Kampung Bandit - News

Tugu Bandeng dI Pati.

- Kabupaten Pati sedang hangat dibicarakan karena kasus yang menewaskan bos rental mobil. Padahal dulu masyarakat Pati dikenal dengan ajaran Saminisme yang tanpa kekerasan.

Kabupaten Pati tengah disoroti dengan tudingan warganet karena banyaknya kendaraan bodong ataupun kendaraan gelap di salah satu daerah.

Kecamatan Sukalilo menjadi target utama kecurgiaan masyarakat setelah kasus tewasnya bos rental mobil saat ingin menjemput mobil miliknya di Desa Sumbersoko.

Baca Juga: Resmi Dirilis! Realme GT 6 Smartphone Terbaru dengan Performa Canggih, Apa Sih Keunggulannya?

Melalui Google Maps pun warganet melabeli daerah tersebut dengan kalimat kekerasan, mulai dari kampung bandit, penadah kendaraan rental, hingga kampung sdm nol.

Dilansir dari berbagai sumber, pada 21 Juni 2024, dosen sekaligus peneliti budaya dan ketoprak Pati, Sucipto Hadi Purnomo menjelaskan kondisi itu justru berbalik dengan masa lalu. Dulu masyarakat Pati menganut ajaran Saminisme yang serupa dengan ajaran Mahatma Gandhi, yaitu Ahimsa.

"Saminisme merupakan ajaran yang diberikan tokoh bernama Samin Surosentiko yang mana ajaran-ajaran yang penuh dengan sikap-sikap Ahimsa kalau di India itu ya," ucap Sucipto.

Baca Juga: Jika Hitungan Mundur! Perjalanan Jambi-Palembang Memakan Waktu 10 Jam, Dalam Hitungan Maju Hanya 3 Jam dengan Jalan Tol Terbaru Ini

Dalam ajaran tersebut, masyarakat diajarkan untuk bertindak tanpa merusak, dengan adanya larangan colong jupuk atau mengambil sesuatu yang bukan miliknya.

"Kemudian tidak boleh jupuk, artinya yaitu mengambil milik orang lain, tidak dengki, tidak boleh iri hati, itulah nilai-nilai besar yang diajarkan oleh Saminisme yang bukan hanya ucapan namun dengan tindakan," tambahnya.

Ia juga mendeskripsikan praktik nirkekerasan yang sudah ada sejak masa kolonialisme. Masyarakat dulu melawan ketidakadilan tidak dengan kekerasan tapi melakukan boikot.

"Saat perlawanan zaman dahulu tepatnya saat masa pemerintahan kolonial dilakukan dengan cara tidak perlu membayar pajak. Bukan melakukan sikap konfrontatif dengan menyerang ataupun melawan, itu tidak dibenarkan, benarnya melakukan pemboikotan," jelasnya.

Contoh lain yaitu masyarakat Kendeng, yang menolak pabrik semen di Pegunungan Kendeng memilih dengan melakukan perlawanan dengan menyemen kakinya di depan istana.

Itulah ciri-ciri masyarakat Pati yang menunjukkan sikap yang tegas namun tanpa melakukan tindakan kekerasan atau fisik.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat