bdadinfo.com

Nasip Pedagang Pakaian Bekas di Bukittinggi Diujung Tanduk: Stok Cuma Sampai 2 Minggu ke Depan - News

Pusat pakaian bekas impor Pasar Putih Bukittinggi (Harianhaluan.com/Vesco)

- Pedagang pakaian bekas impor (thrifting) di Kota Bukittinggi mulai kehilangan akal untuk menyambung hidup.

Pasalnya, pasca-pelarangan perdagangan pakaian bekas impor oleh Pemerintah Republik Indonesia, pedagang di Pasar Putih yang merupakan pusat pakaian bekas impor di Sumatera Barat mulai kehabisan stok dagangan.

Bos Martin, pedagang pakaian bekas impor di Bukittinggi mengaku mulai pusing untuk mencari tambahan stok barang dagangan. Ditambah lagi umat muslim yang akan memasuki puasa Bulan Ramadan.

Baca Juga: Benarkah Pakaian Bekas Impor Sumber Jamur dan Penyakit? Ini Kata Pedagang Thrifting di Bukittinggi

"Ini saja stok sudah menipis, kira-kira cuma sampai 2 minggu kedepan. Ditambah sudah masuh bulan puasa, mata pencarian kami dihilangkan pemerintah," ujarnya kepada , Rabu 22 Maret 2023.

Ia mengatakan, setelah gencarnya pelarangan perdagangan pakaian bekas impor di Indonesia, para pedagang pakaian impor sudah tidak bisa lagi mendapatkan barang dagangan.

Hal itu diperparah dengan hilangnya momen jual beli menjelang Hari Raya Idul Fitri yang justru menjadi puncak perputaran uang bagi pedagang pakaian.

Baca Juga: Pemerintah Kabupaten Agam Rancang Agenda Khusus untuk Ramadan 1444 H

"Nanti menjelang hari raya belum dipastikan ada barang. Kami juga bingung, harusnya itu jadi momen jual beli besar," ucapnya.

Bos Martin mengaku, dengan pelarangan yang dilakukan pemerintah terhadap pakaian bekas impor akan sangat merugikan pedagang pakaian bekas impor yang juga merupakan UMKM.

Ditambah lagi, mereka akan kehilangan pekerjaan di tengah Bulan Ramadan yang merupakan saat-saat kebutuhan hidup meningkat.

Baca Juga: Benarkah Pakaian Bekas Impor Sumber Jamur dan Penyakit? Ini Kata Pedagang Thrifting di Bukittinggi

Ia berharap kepada pemerintah, khususnya pemerintah Kota Bukittinggi untuk dapat mencarikan solusi agar para pedagang tetap dapat menyambung hidup dan menafkahi keluarganya.

"Kami ini pelaku UMKM, tudak ada bos besar disini. Hidup kami bagaimana? Saya saja anak 5 orang, tambah saya dan istri, itu yang harus tetap diberi makan," ujarnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat