bdadinfo.com

Pernah Ada, Ini Penyebab Stasiun Muaro Sijunjung Sumatera Barat Tak Aktif Lagi - News

Ilustrasi (heritage.kai.id)



News.COM - Stasiun Muaro adalah stasiun kereta api di Sumatera Barat non aktif kelas tiga yang terletak di Muaro, Kabupaten Sijunjung.

Saat ini stasiun yang terletak pada ketinggian +153 meter ini merupakasan stasiun kereta api yang lokasinya paling timur di wilayah aset divisi regional 2 Sumatera Barat.

Latar belakang pembangunan jalan kereta api Muaro Sijunjung sampai Pekanbaru adalah untuk membawa hasil tambang batu bara yang lalu dikirim ke luar negeri.

Batu bara yang dikirimkan ke luar negeri tersebut menguntungkan pihak Jepang karena pada saat itu masih dalam kondisi perang dan mereka membutuhkan logistic dengan jumlah yang sangat besar dan dalam waktu cepat untuk memenuhi kebutuhan para serdadunya.

Selain itu pembangunan stasiun kereta api ini untuk menghubungkan daerah pedalaman dengan pesisir.

Baca Juga: Tidak Disangka! Skripsi Mahasiswi IPB Ini Ungkap Peranan Ponpes Al Zaytun Terhadap Masyarakat Indramayu

Ketika masa penjajahan Jepang pedalaman dapat menghasilkan bahan yang saat itu dibutuhkan oleh pihak mereka.

Dan pada daerah pesisir seperti Pelabuhan Teluk Bayur mulai meredup aktivitasnya. Sehingga dengan membangun stasiun dan jalurnya dapat memindahkan barang dengan waktu yang cepat dan jumlah yang besar.

Dan pembangunan ini menghubungkan daerah di Sumatera dengan jalur darat. Dibangunnya mulai pada tahun 1943.

Dalam pembangunannya menggunakan banyak tenaga manusia yang sering kita kenal dengan romusha.

Pada pembangunan ini dikarenakan para pekerja menggunakan sistem rodi maka memakan banyak korban.

Proses pengerjaan kira-kira 25 bulan para pekerja paksa yang meninggal dalam pembangunan jalur ini sekitar 280.000 jiwa.

Baca Juga: Proyek Tol Pekanbaru Rengat Jadi Rebutan di Sumatera Barat, Magic! Padang Jakarta Bisa Tembus 13 Jam

Jalan rel ini selesai akhirnya pada 15 Agustus 1945, bersamaan dengan penyerahan Jepang pada Sekutu.

Jalan kereta api ini tidak pernah digunakan untuk tujuannya semula, membawa batu bara dari Sawahlunto, Sumatera Barat, ke Pekanbaru.

Kereta api yang melalui jalan rel ini hanya kereta api pengangkut tawanan perang yang telah dibebaskan.

Setelah Jepang terusir dari Indonesia, maka penjajahan pun berakhir. Namun dengan berakhirnya penjajahan tersebut.

Berakhir juga lah pengoperasian kereta api Muaro Sijunjung hingga Pekanbaru yang dengan berbagai alasan.

Dan kini jalur kereta api tersebut sudah semak belukar, sedang sebahagian lagi telah menjadi lahan pertanian dan perkebunan masyarakat setempat.

Kini relrelnya sudah menjadi besi tua yang diperjual belikan orang. Sehingga tidak ada lagi kelihatan tanda-tanda bekas jalan kereta api.

Tetapi ironisnya, rel kereta yang dibangun oleh nenek moyang kita dengan sepenuh jiwa dan raga, tetapi ujung-ujungnya jadi jalur kereta api mati.

Pada tahun 2016 lalu stasiun beserta jalurnya dari muara kalaban sempat dilakukan reaktivasi untuk menyambut jalur kereta api trans sumatera. Akan tetapi saat ini reaktivasi jalur ini sedang mangkrak.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat