bdadinfo.com

Mengenal Agus Salim, Sosok Pahlawan Nasional dari Sumbar yang Pandai Kuasai Banyak Bahasa Asing - News

Mengenal Agus Salim, Sosok Pahlawan Nasional dari Sumbar yang Pandai Kuasai Banyak Bahasa Asing (kebudayaan.kemdikbud.go.id)

 – Haji Agus Salim adalah salah satu Pahlawan Nasional yang berasal dari Sumatera Barat yang memiliki peran krusial dalam perjuangan meraih kemerdekaan Indonesia hingga pada saat mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 – 1949.

Agus Salim merupakan sosok yang menjadi anggota Panitia Sembilan dalam Badan Penyelidik Usaha – Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) yang mempersiapkan UUD 1945 dipimpin oleh K.R.T. Radjiman Wediodiningrat.

H. Agus Salim lahir pada tanggal 8 Oktober 1884 di Koto Gadang, Agam dari pasangan Soetan Salim gelar Soetan Mohamad Salim dan Siti Zainab, ayahnya pernah bekerja sebagai Jaksa Kepala di Pengadilan Tinggi Riau.

Baca Juga: So Sweet, Begini Kisah Bung Hatta Pahlawan Nasional Asal Sumatera Barat Mendapatkan Tambatan Hati

Saat masih kecil Agus Salim menempuh pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah khusus bagi anak-anak Eropa, kemudian dilanjutkan ke Hoogere Burger School (HBS) Koning Willem III (Kawedri) di Batavia (Panggilan untuk Kota Jakarta saat ini). Ketika lulus, Dia berhasil lulus Kuliah dan menjadi alumnus terbaik di HBS se-Hindia Belanda.

Agus Salim tidak hanya pandai dalam dunia pendidikan tetapi juga memiliki keahlian untuk mengembangkan kemampuannya memperdalam bahasa Asing sehingga mendapat pekerjaan pada awal karirnya sebagai penerjemah dan pembantu notaris pada sebuah kongsi pertambangan di Indragiri.

Sosok yang mendapatkan julukan sebagai ‘The Grand Old Man’ karena memiliki kemampuan yang hebat dalam urusan diplomasi dan selalu berpindah-pindah rumah ini mempunyai keahlian 9 bahasa asing seperti Arab, Perancis, Jerman, Inggris, Turki, Jepang dan Belanda.

Baca Juga: Menguak Sosok Dahlan Abdullah: Pahlawan yang Terlupakan Asal Sumatera Barat

H. Agus Salim percaya bahwa dengan memiliki kemampuan bahasa Asing selain Indonesia ini dapat mengembangkan kemampuan diri dan menambah wawasan kepada penduduk Lokal yang saat itu masih dijajah Belanda dimana mereka tidak mendapat pendidikan layak seperti anak – anak Eropa di Batavia.

Karir politiknya dimulai pada saat bergabung dengan Sarekat Islam (SI) bersama dengan HOS Tjokroaminoto dan Abdul Muis pada tahun 1915. Ketika kedua tokoh itu mengundurkan diri dari Volksraad sebagai wakil SI akibat kekecewaan mereka terhadap pemerintah Belanda, Agus Salim menggantikan mereka selama empat tahun (1921-1924) di lembaga itu.

Tapi, sebagaimana pendahulunya, beliau merasa perjuangannya tidak membawa manfaat bahkan sampai akhirnya dia keluar dari Volksraad dan untuk berkonsentrasi di Sarekat Islam.

Karir politik pada awalnya tidak berjalan mulus karena pada saat itu di tahun 1923 Sarekat Islam mengalami konflik ideologi antara dirinya dengan Semaun yang percaya bahwa organisasi ini harus bersifat sosialisme, sedangkan Agus Salim dan HOS Cokroaminoto menolak karena ajaran Islam ini sebenarnya sudah terkandung dalam ajaran sosialisme.

Perjuangannya untuk meraih kesuksesan tidak berhenti sampai disitu, bahkan beliau sampai pernah dicurigai rekan-rekannya sebagai mata-mata karena pernah bekerja pada pemerintah kolonial. Walaupun dia tidak pernah ditangkap dan dipenjara seperti Tjokroaminoto.

Tetapi alhasil karirnya melesat tinggi setelah Sutan Syahrir mempercayai Haji Agus Salim untuk menjabat dalam Kabinet Syahrir I dan II, serta Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Mohammad Hatta.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat