bdadinfo.com

Lewat Pertempuran Sengit, Laksamana Keumalahayati Berhasil Pukul Mundur Armada Belanda dari Aceh - News

Ilustrasi Laksamana Keumalahayati menjadi salah satu pahlawan nasional dari Aceh (YouTube @TelevisiEdukasi)

- Jika kita memahami tentang Aceh, maka kita harus mengerti sejarah perjuangan para perempuan dari Serambi Mekah yang berjuang untuk mengusir penjajah dari nusantara.

Jauh sebelum munculnya pahlawan nasional pemberani seperti Cut Nyak Dhien, Sultan Iskandar Muda, Teuku Nyak Arief, dan Cut Meutia, Aceh memiliki pahlawan wanita pertama yang berani menghadapi invasi pasukan Belanda pada akhir abad ke-16.

Laksamana Keumalahayati, yang biasa dipanggil sebagai Malahayati, adalah laksamana wanita pertama di dunia modern. Ia memimpin pasukan menghadapi armada Belanda.

Baca Juga: Hayoloh! Kecanduan Judi Online Ternyata Masuk Kategori Gangguan Jiwa

Pasukan yang dipimpin kebanyakan adalah para janda–janda pasukan Aceh. Tentaranya diberi nama ‘Inong Balee’, yang terinspirasi dari Benteng Inong.

Ketika Cornelis De Houtman pertama kali tiba di Banten pada 27 Juni 1596, bersama empat kapal lainnya bernama Amsterdam, Hollandia, Mauritius, dan Duyfken. Awalnya bertujuan mencari daerah penghasil rempah–rempah.

Sebelumnya, De Houtman pernah berkunjung ke Lisbon, Portugal, untuk mencari informasi tentang mengenai kepulauan rempah–rempah, saat ini disebut Maluku. Ia kembali ke Amsterdam bersama dengan Jan Huyghen van Linschoten yang juga baru kembali dari India.

Baca Juga: Gak Punya Gedung Pencakar Langit Padahal Brunei Tajir Melintir, Warganet: Parkir Mobil Sembarang Aja Aman

Para pedagang Belanda tersebut memastikan Banten merupakan tempat yang paling tepat untuk membeli rempah–rempah. Pada 1594, mereka mendirikan compagnie van Verre atau ‘perusahaan jarak jauh’. Kemudian pada 2 April 1595, empat buah kapal meninggalkan Amsterdam untuk menuju arah Timur Jauh.

Selama dalam perjalanan laut, mereka dihadapkan dengan penyakit sariawan selama beberapa minggu. Pertengkaran antara para awak dan kapten kapal, para pedagang yang juga menyebabkan beberapa orang terbunuh atau dipenjara di atas kapal.

Saat mereka tiba di Madagaskar untuk pemberhentian sementara, masalah ini berlanjut hingga menyebabkan kematian dan kapal-kapalnya bertahan di sana selama enam bulan.

Baca Juga: Kain Sulam Karancang, Oleh-oleh khas Bukittinggi yang Penuh Nilai dengan Pengerjaan Full Homemade

Ketika rombongan De Houtman tiba di Banten lewat jalur Selat Sunda, armada yang tersisa berjumlah 249 orang dari pelayaran awal. Penduduk Banten awalnya menerima kehadiran mereka dengan bersahabat, tetapi setelah beberapa tabiat kasar yang ditunjukkan awak kapal Belanda, Sultan Banten pada saat itu bersama dengan pasukan Portugis di Banten akhirnya berhasil mengusir kapal Belanda.

Kapal Belanda melanjutkan pelayaran ke Madura, tetapi armada kapal tersebut diserang bajak laut. Saat tiba di Madura, mereka diterima dengan damai, tapi De Houtman memerintahkan anak buahnya dengan brutal menyerang dan memperkosa penduduk sipil sebagai balas dendam atas pembajakan sebelumnya yang tidak berkaitan dengan bajak laut.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat