- Melihat kondisi kelangkaan gas elpiji 3 kilogram (kg) di Kabupaten Solok Selatan, perlukah dilakukan operasi pasar?
Seperti diberitakan sebelumnya bahwa kelangkaan gas elpiji 3 kg di Solok Selatan, salah satu faktornya diduga karena meningkatnya jumlah pengguna gas bersubsidi, seiring dengan geliat pertumbuhan pelaku UMKM.
Kemudian, karena meningkatnya suplai gas 3 kg pada awal triwulan 2023 menjelang bulan puasa, dari jumlah kuota gas yang telah dijatah dalam setahun.
Baca Juga: Wah, Penyebab Gas Elpiji 3 Kg Langka di Solok Selatan Diungkap! Ditengah Geliat UMKM Meningkat
Baca Juga: Andre Rosiade: Koalisi Dimatangkan, Elektabilitas Prabowo terus Naik
Faktor lainnya, stok gas 3 kg yang diterima oleh agen di Solok Selatan sesuai dengan kontrak kerjasama antara agen dan pertamina.
Namun dalam prakteknya tidak selalu sesuai dengan kontrak terkait stok yang diterima oleh agen, dan hari libur agen tidak bisa mengisi gas 3 kg ke SPBE.
Dan terkait kontrak agen dengan pertamina dalam setahun akan dipenuhi semuanya pada akhir tahun kontrak tersebut.
Baca Juga: Gas Elpiji 3 Kg Langka, Harga Capai Rp40 Ribu di Kabupaten Solok Selatan
Lalu, peruntukan gas 3 kg bagi masyarakat miskin pada kenyataannya dilapangan juga digunakan oleh masyarakat yang berpenghasilan cukup tinggi atau kalangan ekonomi menengah keatas.
Perosaalan tersebut diutarakan oleh Kabid Perdagangan Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (Koperindag dan UKM) Kabupaten Solok Selatan, Netty Lisandri sesuai hasil pengawasan Bidang Tata Niaga Diskoperindag Sumbar bersama PT Pertamina.
Baca Juga: Jejak Sinar Riau, Sang Legendaris yang Pernah Menguasai Jalur Lintas Sumatera
Berkaca dari uraian tersebut, apakah sudah selayaknya dilakukan operasi pasar dan penambahan jumlah kuota gas subsidi di Solok Selatan?
Apalagi, harga jual gas 3 kg dipasaran jauh melebihi harga eceran tertinggi (HET) disertai melampirkan data diri berupa KTP.