bdadinfo.com

Pertempuran Berdarah Perang Belasting: Potret Perlawanan Rakyat Sumatera Barat Terhadap Penjajah - News

Suasana saat pecah Perang Belasting. (Tangkap layar Youtube/Nur Hidayat )

Perang rakyat Indonesia melawan penjajah memiliki sejarah yang sangat panjang, bahkan Indonesia pernah dijajah selama 350 tahun. Dalam periode tersebut, setiap generasi berjuang melawan penjajah dan akhirnya berhasil meraih kemerdekaan yang kita nikmati saat ini.

Meskipun beberapa pertempuran terkenal, ada banyak peristiwa perang yang kurang dikenal oleh banyak orang, yakni Perang Belasting, potret perlawanan rakyat Sumatera Barat.

Salah satu peristiwa perang yang heroik dan patriotik adalah Perang Belasting, yaitu perlawanan rakyat Sumatera Barat pada 15-16 Juni 1908.

Baca Juga: Sejumlah Orang Minangkabau yang Berpengaruh di Dunia: Pernah Jadi Presiden Pertama Singapura

Dilansir dari kanal Youtube Nur Hidayat dan Indonesia Insider, Rabu, 2 Agustus 2023, mengungkapkan Perang Belasting disebabkan oleh kebijakan pemerintah Belanda yang dulunya menerapkan sistem tanam paksa kopi dan kemudian diganti dengan pajak di Sumatera Barat.

Selain menaikkan pajak, Belanda juga memberlakukan pajak baru bagi rakyat Sumatera Barat, termasuk pajak kepala, pemasukan barang, rodi, tanah, keuntungan, rumah tangga, penyembelihan, tembakau, dan pajak rumah adat.

Kebijakan ini memicu perlawanan dari rakyat Sumatera Barat yang kemudian dikenal dengan nama Perang Belasting.

Baca Juga: Sumpek! Inilah 3 Kecamatan Paling Ramai di Pasaman Barat Sumbar

Merespons peraturan baru mengenai pajak, rakyat Sumatera Barat mengadakan rapat secara rahasia untuk merencanakan perlawanan.

Namun, rencana mereka ternyata diketahui oleh pihak Belanda, dan akibatnya, para penghulu andiko dari Sumatera Barat ditangkap dan dipenjarakan.

Ketegangan semakin meningkat dan akhirnya mencapai puncaknya pada tanggal 15-16 Juni 1908 di daerah Kamang, Sumatera Barat.

Baca Juga: Jalan Tol di Sumatera Ini Benar Benar Diperlakukan Istimewa Berbeda oleh Jokowi, Tahu Kenapa

Ribuan rakyat Kamang berusaha melawan tentara Belanda dengan apa yang mereka miliki. Dalam pertempuran ini, tokoh Kamang, Haji Abdul Manan, gugur di medan perang.

Sedangkan di daerah Mangopoh, pertempuran dipimpin oleh seorang tokoh perempuan bernama Mande Siti.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat