bdadinfo.com

Menelusuri Tradisi Sikerei di Mentawai Sumatera Barat, Suku Tertua dengan Sejuta Keunikannya - News

Keunikan Suku Mentawai di Pulau Sumatera   (scontent.fcgk4-5.fna.fbcdn.net)




- Indonesia memiliki kekayaan dari berbagai suku di Pulau Sumatera yang termasuk Suku Mentawai. Suku Mentawai merupakan suku yang bertempat tinggal di Kepulauan Mentawai, Pulau Siberut, Sumatera Barat.

Biarpun tradisi modern di zaman sekarang mendahului peradaban tradisional. Suku Mentawai tetap menjalankan berbagai tradisi yang sudah ada sejak lama.

Berbagai ritual dan tradisi dilihat sangat menyakitkan dan mengerikan. Berikut dibawah ini uraiannya:

Baca Juga: Deretan Negara-negara di Dunia yang Mengikuti Sistem Matrilineal Seperti Orang Minangkabau

1.Tato Mentawai, Tato paling tua di dunia

Tato menjadi salah satu riasan yang wajib untuk kepala suku (rimata), dukun tradisional (sikerei), pembuat tato (sipatiti). Namun, penduduk kedalaman Mentawai sangat banyak yang memakai tato serupa.

Tato yang digunakan tidak hanya menjadi riasan melainkan memiliki arti sebagai jati diri sebuah identitas pribadi dan suku.

Setiap daerah memiliki jenis motif tato masing-masing sehingga bisa memberikan informasi mengenai jati diri setiap orang.

Baca Juga: Wawako Padang Panjang Serahkan Bantuan Atensi dari Kemensos untuk 155 KPM

Setidaknya mereka bisa menjelaskan dimana letak wilayah setiap orang yang bertempat tinggal berdasarkan motif tato tersebut.

Tato Mentawai dibuat dengan memakai bahan-bahan alami dan arang.

Dan, tato ini memiliki arti sebagai kesetaraan hidup antara manusia dengan alam.

Selain itu, motif tato juga mengikuti di setiap bidang keahlian yang dijalani oleh penduduk yang ditato. Seperti:

Baca Juga: Sekda Andree: Pohon, Merawat Alam Agar Jauh dari Bencana

-Tato untuk dukun akan dapat motif tersendiri.

-Tato untuk seorang pemburu akan memiliki motif berjenis binatang.

Sebelum melukis tato tersebut, dilakukan terlebih dahulu doa-doa khusus yang dibawakan oleh para tertua suku dan upacara.

Melukis tato di Suku Mentawai memakai tinta khusus dan jarum karena jika tidak memakai khusus dari Suku Mentawai tidak dapat disebut tato Mentawai.

Baca Juga: Profil Sastrawan Chairul Harun, Salah Satu Karya Besarnya Ungkap Sisi Gelap Minangkabau

2.Sikerei, Seorang Dukun Penyembuh

Selain adanya ketua adat, Sikerei merupakan orang yang sangat dihormati oleh penduduk Mentawai.

Sikerei mengatasi peran penting sebagai tabib atau dukun dengan kemampuan spiritual yang tinggi.

Dikarenakan Sikerei dipercayai dengan roh-roh para leluhur jadi Sikerei sering membantu warga untuk berbincang dengan arwah leluhur melalui beranekaragam ritual.

Adapun ritual-ritual khusus untuk pengobatan dan Sikerei memiliki peran lebih dari seorang dukun.

Sikerei memiliki tanggung jawab moral sebagai petugas kesehatan yang wajib siap sedia membantu pasien biarpun terbangun saat dini hari.

Baca Juga: Wajib Coba! Lewat Ruas Tol Trans Sumatera Ini, Perjalanan ke Malaysia Jauh Lebih Irit dan Efisien

Tujuan utama Sikerei merupakan menjaga kesehatan warga dan mencari beberapa penyebab ketidakseimbangan antara rohani manusia dan jasmani.

Hal ini karena warga Suku Mentawai percaya kalau penyakit yang muncul merupakan bentuk dari ketidakseimbangan rohani manusia dan jasmani sehingga rohani mereka wajib disembuhkan.

Metode pengobatan yang digunakan Sikerei terlihat unik dengan memakai dedaunan yang dibuat menjadi ramuan khusus lalu diberi mantra penyembuh.

Dan, Sikerei akan melakukan komunikasi dengan roh-roh para leluhur yang dipercaya bisa menolong menyembuhkan penyakit.

3.Berburu bersama dengan Panah Beracun

Penduduk Mentawai dikenal akan keahliannya dalam berburu, biarpun berburu dilaksanakan secara tradisional.

Ntayanya, suku Mentawai memiliki racikan racun khusus yang sudah dioleskan lebih dulu di ujung anak panah untuk berbuka.

Racun Mentawai ini dibuat dari berbagai dedaunan yang diracik dengan ritual tertentu.

Biarpun untuk meracik ramuan ini dibutuhkan si peramu wajib menjauhi berbagai pantangan dan si peramu wajib berpuasa terlebih dahulu memerlukan konsentrasi yang penuh.

Si peramu wajib berpuasa terlebih dahulu sambil menyalakan iringan nyanyian Mentawai.

Bahan yang diperlukan untuk meracik racun ini merupakan batang pomai yang sudah dibersihkan kulitnya dan dicampur dengan akar tuba.

Kemudian, dari campuran berikutnya yang di gunakan adalah perasan tuba dan air pomai dicampur dengan banglau, lengkuas, dan cabe hutan yang sudah dicampur halus.

Dari seluruh bahan yang telah dicampur, lalu diperas untuk diambil air perasannya.

Racun ini sangat aman untuk dicicipi oleh manusia tapi akan mati jika digunakan untuk hewan buruan dalam hitungan semenit.

4.Tradisi Kerik Gigi untuk Membuat Anggun Penampilan

Tradisi ini menyatakan jika perempuan telah beranjak remaja, penduduk ini memiliki anggapan kalau perempuan yang giginya dikerik sampai runcing akan dilihat sangat cantik.

Alat yang digunakan untuk mengerik gigi ini dengan besi pipih atau kayu yang telah diasah sampai tajam dan para perempuan dalam keadaan tidak dibius.

Perempuan yang sedang tradisi ini akan menggigit pisang hijau untuk menahan rasa nyeri pada gigi dan hasilnya pun, mereka akan lebih percaya akan dirinya sendiri dengan penampilan yang baru.

Baca Juga: Jejak Zainuddin Tamir Koto, Sastrawan Sumbar yang Berpengalaman di Berbagai Bidang

5.Kepercayaan para leluhur yang masih dipertahankan

Penduduk Mentawai di pedalaman masih berpegang teguh terhadap kepercayaan nenek moyang yang terkenal dengan Arat Sabulungan.

Arat Sabulungan yang memiliki makna ‘agama dedaunan’ warga mempercayainya jika kekuasaan yang biasa disebut Kere.

Pada ajaran Arat Sabulungan dikenal dengan tiga roh yang dipuja adalah roh hutan dan gunung, roh awang-awang, roh laut.

Penduduk akan menggunakan dedaunan sebagai perantara berdoa dalam beberapa ritual yang baik dengan ritual kelahiran, perkawinan, penobatan dan lainnya.

Maka dari itu, penduduk suku Mentawai rutin melaksanakan ritual persembahan kea lam sekitar dan para leluhur.

Biarpun saat ini telah banyak penduduk yang tidak memiliki agama Arat Sabulungan tapi tetap saling menghargai.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat