bdadinfo.com

Jelang Pemilu 2024, KIB lebih Kedepankan Pendekatan Program Policy Oriented Bangun Koalisi Permanen - News

Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto mulai bahas Capres bersama KIB melalui vote (Instagram/@koalisi.indoneaia.bersatu)

- Peneliti Center for Strategic International Studies (CSIS) Arya Fernandes mengungkapkan jelang Pemilu 2024, ada sejumlah inovasi dan inisiatif yang dilakukan partai. Beberapa di antaranya adalah Partai Golkar, PPP, dan PAN yang tergabung Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Ketiganya berupa membangun koalisi yang lebih permanen. 

"Misalnya KIB mencoba menginisiasi koalisi yang sifatnya lebih permanen. Dilakukan di tingkat pusat lalu mereka merancang sampai tingkat daerah," terang Arya di Jakarta, Kamis 3 November 2022.

Menurutnya, KIB lebih mengedepankan pendekatan program atau kebijakan (policy oriented). Hal itu bisa dilihat dari upaya mereka untuk mematangkan program kerja KIB selama 10 tahun ke depan.

Baca Juga: Andre Rosiade Minta Usut Tuntas Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak Indonesia

"Policy oriented, jadi mereka merancang kebijakan yang kira-kira strategis di 2024. Kalau kita lihat kebijakan itu sifatnya futuristik, sebagian besar isu ekonomi," ujarnya.

Sebelumnya, KIB meluncurkan Program Akselerasi Transformasi Ekonomi Nasional (PATEN) pada Agustus lalu dan akan dipertajam pada pertemuan di Makassar akhir pekan ini, Minggu, 6 November 2022. 

Menurut Arya, pilihan model pendekatan KIB berbeda dengan partai yang mengedepankan figur atau sosok. "Tapi ada model lain misal yang dilakukan oleh Nasdem, memang pendekatannya lebih pada candidate orientasi," lanjutnya.

Baca Juga: Jika Dukung Ganjar Pranowo, KIB Terima Koalisi PDIP, Komarudin Watubun: Itukan Partai dan Mau Mereka

Arya menegaskan pilihan model itu didasarkan dan dipengaruhi oleh kondisi dan situasi internal partai. "Tergantung bagaimana situasi dan kondisi internal. Dalam KIB, mungkin policy oriented dikedepankan karena mereka belum sampai pada titik bagaimana cara memilih kandidat, siapa kandidat yang akan dipilih. Sehingga mulainya dengan program, policy," sambungnya.

Meski demikian, policy oriented akan berhadapan dengan arus utama publik yang lebih menjatuhkan pilihan pada figur.

"Publik kita memang sekarang masih candidate centris. Jadi faktor kandidat memang masih kuat pengaruhnya dalam hal mempengaruhi pilihan publik," tegasnya.

Arya menilai pendekatan policy oriented akan menemui titik terang ketika sudah menemukan kandidat yang pas dengan modal elektabilitas dan popularitas yang mumpuni.

Baca Juga: KIB Perlu Pembenahan tiga Faktor untuk Dongkrak Elektabilitas Parpol

"Tapi ketika mereka sudah ketemu kandidat yang mungkin juga populer, saya kira bisa terkompensasi," tandasnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat