bdadinfo.com

Menelusuri Jejak Menu 3.000 Pekerja Tambang Batubara Sumatera Barat di Museum Gudang Ransum Sawahlunto - News

Museum Gudang Ransum Sawahlunto

- Sebagai bagian terakhir dari rangkaian sejarah penambangan batubara di Sawahlunto, Museum Gudang Ransum kini membuka pintunya untuk memperlihatkan kenangan kuliner dan pengabdian para pekerja tambang batubara.

Terletak hanya sekitar 300 meter dari Museum Lubang Tambang Mbah Soero, museum ini menghadirkan perjalanan mengesankan yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki saja di jalan Abdurrahman Hakim, Sawahlunto.

Gedung museum yang berdiri sejak tahun 1918 dahulu menjadi dapur raksasa bagi sekitar 3.000 pekerja tambang batubara. Mereka memasak dengan jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan makan para pekerja tersebut.

Baca Juga: Wow, Ini 4 Bandara Terunik di Pulau Sumatera, Nomor 2 Punya Landasan Pacu Terpanjang Kedua Se-Asia Tenggara!

Dalam museum, anda dapat menyaksikan dua buah tungku masak besar dengan sistem penguapan yang disalurkan melalui pipa untuk 20 tungku kecil lainnya.

Para pekerja, yang jumlahnya mencapai 100 orang, memasak 3.900 kg beras setiap harinya, menyajikan hidangan seperti daging, ikan asin, telur asin, sayur kol, dan sawi untuk siang dan malam hari.

Di waktu sarapan, mereka menghidangkan lapek, hidangan khas dari beras ketan merah yang ditaburi kelapa dan gula merah, kemudian dibungkus daun pisang.

Teh adalah minuman yang disajikan bersamaan dengan makanan, menggantikan susu agar para pekerja tetap sehat dan produktif dalam menambang.

Museum ini menawarkan pengalaman visual dengan menyajikan tungku-tungku besar serta peralatan lainnya yang digunakan untuk memasak makanan.

Baca Juga: Deretan Destinasi Wisata di Agam Tuo Sumatera Barat, Si Calon Kabupaten Baru

Anda dapat melihat replika bentuk hidangan yang disajikan untuk pekerja tambang, menggambarkan betapa nikmatnya menyantap makanan bergizi tersebut.

Juga terdapat diorama dan foto-foto yang menceritakan kisah kelam para pekerja tambang batubara pada masa penjajahan Belanda.

Seiring berjalannya waktu, gedung musium mengalami berbagai perubahan fungsi. Saat perang kemerdekaan, gedung ini bertransformasi menjadi tempat menyediakan makanan bagi para pejuang. Kemudian, menjadi kantor tambang batubara Ombilin hingga tahun 1960.

Setelah itu, digunakan sebagai gedung SMP hingga tahun 1970, dan mess karyawan tambang batubara Ombilin hingga tahun 1980.

Museum Gudang Ransum bersama Museum Kereta Api Sawahlunto, dan Museum Lubang Tambang Mbah Soero, diresmikan tahun 2005 untuk mengabadikan sejarah pertambangan batubara di Sumatera Barat.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat