- Nama Tomy Winata tengah menjadi sorotan lantaran ia adalah pemilik Grup Artha Graha, perusahaan induk dari PT Makmur Elok Graha (PT MEG) yang membangun proyek Rempang Eco City.
Proyek tersebut kini menjadi kontroversi dan berakhir bentrok dengan masyarakat setempat yang menolak pembangunan proyek tersebut.
Proyek Rempang Eco City ternyata sudah direncanakan dari tahun 2004 silam dan bahkan sudah ada perjanjian antara PT MEG dengan Badan Pengusahaan (BP) Batam.
Sayangnya, proyek ini diduga terdapat praktik korupsi di tahun 2007 dan kemudian mangkrak hingga akhirnya hidup kembali di tahun 2023.
Bahkan, proyek Rempang Eco City ini pun menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional.
Selain Rempang Eco City, rupanya Tomy Winata juga menggagas proyek lain yang tak kalah ambisius.
Baca Juga: Kontroversi Jembatan Selat Malaka: Malaysia Berkali-kali Usul Buat Jembatan ke Indonesia, Ada Apa?
Ya, proyek ambisius Jembatan Selat Sunda juga "lahir" dari Tomy Winata.
Jembatan Selat Sunda (JSS) merupakan jembatan yang akan menghubungkan antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa.
Pada tahun 2009, Tomy beserta BUMD Provinsi Banten dan Lampung menyerahkan secara resmi Hasil Pra-Studi Kelayakan Jembatan Selat Sunda kepada Pemerintah.
Baca Juga: Jembatan Selat Malaka Jadi Proyek Ambisius Indonesia dan Malaysia, Bagaimana Kabarnya Sekarang?
Selanjutnya Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2011, Konsorsium Banten-Lampung dan Artha Graha ditunjuk sebagai Pemrakarsa Proyek (Project Initiator).
Konsorsium kemudian membentuk perusahaan patungan dengan nama PT Graha Banten Lampung Sejahtera (GBLS) untuk melaksanakan penyusunan Studi Kelayakan JSS dan KSISS (Kawasan Strategis Infrastruktur Selat Sunda) sesuai Peraturan Presiden tersebut.