- Koordinator Nasional Prabowo-Gibran Digital Team (PRIDE) Anthony Leong kritik pedas film dokumenter karya Dandhy Laksono, Dirty Vote.
Menurut Anthony Leong, sang sutradara mencoba menggiring opini dan cenderung memfitnah.
Alasannya, Dirty Vote nyata mendukung salah satu pasangan capres–cawapres karena pemeran utamanya merupakan anggota Tim Percepatan Reformasi Hukum Menkopolhukam.
Sebelumnya, sebelum mundur dan memilih fokus di cawapres, Mahfud MD ini menkopolhukam.
"Jadi ini film penuh dengan fitnah," kata Leong di Jakarta, Selasa 12 Februari 2024.
Dhandy Laksono, sang sutradara, merukapan jurnalis dan aktivis. Karyanya kerap bikin kontroversi. Lihat saja dua karya sebelumnya, Rayuan Pulau Palsu dan Sexy Killer.
Rayuan Pulau Palsu ini film yang memotret kondisi reklamasi yang berdampak pada nelayan. Isinya kritik program reklamasi di Jakarta di Era Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Sedangkan Sexy Killer yang dirilis 2019 adalah sebuah film dokumenter garapan Dandhy Laksono bersama dan Ucok Suparta. Dokumenter ini berisi tentang industri pertambangan batubara dan hubungannya dengan perpolitikan Indonesia.
Dirty Vote merupakan film yang bercerita tentang Kecurangan Pemilu 2024. Film ini dirilis empat hari sebelum pemungutan suara Pemilu pada 14 Februari 2024, tepatnya pada Minggu, 11 Februari 2024 pukul 11.00 WIB.
Dirty Vote menghadirkan tiga ahli hukum Tata Negara, Bivitri Susanti, Zainal Arifin Mochtar, dan Feri Amsari.
Ternyata ketiga actor utama Dirty Vote merupakan anggota anggota Tim Reformasi Hukum Menkopolhukam yang dijabat Mahfud MD.