bdadinfo.com

Dr. Edwar Djamaris, Kisah Inspiratif Putra Minang di Dunia Sastra Indonesia - News

Dr. Edwar Djamaris, Kisah Inspiratif Putra Minang di Dunia Sastra Indonesia (badanbahasa.kemdikbud.go.id)

 - Nama Dr. Edwar Djamaris telah menjadi ikon penting dalam dunia sastra Nusantara.

Lahir di Cingkariang, Bukittinggi, Sumatra Barat, pada 7 Juli 1941, ia adalah anak kedua dari tiga bersaudara.

Pendidikan awal Dr. Edwar Djamaris dimulai dari sekolah rakyat negeri hingga menyelesaikan SMA di Bukittinggi. 

Baca Juga: Prakiraan Cuaca BMKG Hari Jumat, 21 Juli 2023: Sumbar akan Cerah, Beberapa Terpantau Masih Hujan

Ia menyelesaikan pendidikan di Sekolah Rakyat Negeri Cingkariang pada tahun 1955, lalu melanjutkan ke SMPN V dan tamat pada tahun 1958, serta menyelesaikan SMA Teladan bagian A pada tahun 1961.

Tak berhenti di situ, Dr. Edwar Djamaris melanjutkan pendidikannya di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, mengambil Jurusan Sastra Indonesia di Fakultas Sastra dan Kebudayaan, dan berhasil menyelesaikannya pada bulan Januari 1969.

Setelah lulus, pada bulan April 1969, ia memulai karirnya sebagai pegawai honorer di Lembaga Bahasa Nasional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang bernama Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan).

Baca Juga: Waduh! Guru SD di Sumbar Malah Minta Maaf Usai Dibentak dan Dimaki Siswanya Sendiri

Pada tahun 1971, Dr. Edwar Djamaris diangkat sebagai calon pegawai negeri sipil dan resmi diangkat sebagai pegawai negeri sipil dengan pangkat penata muda, golongan III/a pada tahun 1972.

Kesempatan emas datang pada tahun 1973 ketika ia diundang mengikuti penataran Filologi-Sejarah yang diselenggarakan oleh Konsorsium Sastra dan Filsafat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, bekerja sama dengan Universitas Leiden, Belanda. Prestasinya di sana membawanya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pendidikan lanjutan di Universitas Leiden, Belanda, pada bulan November 1974 hingga Oktober 1975, bersama lima orang dosen lainnya dari berbagai universitas di Indonesia.

Setelah menyelesaikan pendidikan di Leiden, ia mulai mempersiapkan penelitian untuk menyusun disertasinya. Namun, tugas-tugas lain menunda penulisan disertasi tersebut.

Kemajuan ilmu sastra yang diperolehnya di Belanda mendorong Dr. Edwar Djamaris menulis sebuah makalah berjudul "Filologi dan Cara Kerja Penelitian Filologi." Makalah tersebut diterbitkan dalam majalah Bahasa dan Sastra pada tahun 1977. Berbekal petunjuk penelitian filologi ini, Dr. Edwar Djamaris dan staf Bidang Sastra di Pusat Bahasa mulai melakukan penelitian naskah lama di Museum Nasional (kini tersimpan di Perpustakaan Nasional, Jakarta) untuk melestarikan dan memperkaya khazanah sastra Indonesia lama dan sastra daerah. Berbagai buku hasil penelitiannya berhasil diterbitkan.

Sejak itu, ia juga mulai mengarahkan penelitian sastra rakyat Nusantara untuk mengungkapkan nilai budaya dalam sastra rakyat. Salah satu makalahnya, berjudul "Nilai Budaya dalam Sastra Minangkabau: Kaba Rambun Pamenan," dinilai sebagai contoh baik untuk penelitian nilai budaya dalam sastra rakyat Nusantara.

Kepeduliannya terhadap sastra terbukti dengan keikutsertaannya dalam mengelola organisasi kesusastraan Asia Tenggara, Majelis Sastra Asia Tenggara (MASTERA), sejak tahun 1996. Ia juga aktif dalam organisasi ASEAN Committee on Culture and Information (ASEAN COCI), khususnya Sub-Committee on Culture, serta menyusun beberapa naskah sastra ASEAN yang diterbitkan oleh ASEAN COCI.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat