bdadinfo.com

5 Fakta Peristiwa Perang Padri di Sumatera Barat, Konflik Masyarakat Minangkabau untuk Tegakan Syariat Islam - News

Fakat Perang Padri,  konflik masyarakat Minangkabau dengan Ulama (infobudayaindonesia.com)

- Pada tahun 1803, terjadi konflik antara masyarakat Minangkabau yang disebut Perang Padri.

Perang ini berlangsung hingga lebih dari tiga dekade lamanya.

Perang Padri di Sumatera Barat muncul akibat perseteruan antara ulama-ulama di Minangkabau yang disebut Kaum Padri dengan masyarakat atau Kaum Adat.

Peristiwa tersebut berpengaruh besar terhadap tradisi Minangkabau asal Sumatera Barat, ini fakta lebih lanjut tentang Perang Padri sebagai berikut.

Baca Juga: Sisi Lain Pemimpin Perang Padri Tuanku Imam Bonjol, Penuh Kontroversi?

1. Bermula dari para ulama kembali dari Mekkah

Peristiwa ini berawal dari kepulangan tiga orang alim ulama dari Mekkah sekitar tahun 1803, yakni Haji Sumanik, Haji Miskin, dan Haji Piobang.

Ketiga alim ulama ini berniat untuk menyempurnakan penerapan syariat Islam masyarakat Minangkabau.

Diketahui, syariat Islam di kala itu belum dijalankan sepenuhnya, bahkan tak jadi terjadi pelanggaran.

Tuanku Nan Renceh mendukung keinginan tersebut dan mengajak ulama lainnya, sehingga berkumpulnya delapan tokoh yang disebut Harimau Nan Salapan (harimau yang delapan).

Baca Juga: Mami Hotel, Rekomendasi Penginapan Termurah di Solok yang Berdekatan Dengan Masjid Agung Al-Muhsinin

2. Perundingan dengan Kerajaan Pagaruyung untuk menegakan syariat

Harimau Nan Salapan pun berusaha membuat Kaum Adat meninggalkan beberapa kebiasaan yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Hal itu dilakukan dengan meminta Tuanku Lintau yang memiliki kedekatan dan kekerabatan dengan Yang Dipertuan Pagaruyung Sultan Arifin Muningsyah untuk mengajak Kaum Adat.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat