bdadinfo.com

Tabuik, Tradisi Unik Masyarakat Pariaman yang Mencuri Perhatian Wisatawan Mancanegara - News

Upacara Tabuik Pariaman sumbar (gasbanter.com)

- Tradisi Tabuik atau Tabot merupakan salah satu perayaan tahunan yang telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Pariaman, Sumatera Barat.

Perayaan ini memiliki nilai sejarah dan religius yang tinggi, seiring dengan makna peringatan hari wafatnya Husein bin Ali bin Abi Thalib, seorang cucu Nabi Muhammad SAW, pada tanggal 10 Muharram, dalam peristiwa Karbala.

Tabuik, berasal dari bahasa Arab "tabut" yang berarti "peti kayu," merujuk pada legenda tentang makhluk berwujud kuda bersayap dan berkepala manusia yang disebut buraq.

Baca Juga: Deretan Jalan Tol Pertama Operasi di 5 Pulau Indonesia, Sumatera Jalan Tol Tertua Kedua

Legenda ini menceritakan bahwa setelah wafatnya Husein, makhluk buraq mengangkat tabut berisi potongan jenazah Husein ke langit.

Berdasarkan legenda ini, masyarakat Pariaman membuat tiruan buraq yang mengusung tabut di punggungnya dalam perayaan Tabuik.

Tradisi ini diyakini muncul di Pariaman sekitar tahun 1826-1828 Masehi, dengan pengaruh Timur Tengah yang dibawa oleh orang-orang keturunan India penganut Syiah.

Baca Juga: Menilik Pentingnya Rempah-Rempah yang Berfungsi Sebagai Alternatif Alami Pengobatan Tradisional di Indonesia

Namun, pada tahun 1910, masyarakat Pariaman sepakat untuk menyesuaikan perayaan Tabuik dengan kultur Minangkabau, sehingga menghasilkan bentuk tradisi yang kita kenal saat ini.

Upacara Tabuik memiliki dua jenis, yaitu Tabuik Pasa (pasar) dan Tabuik Subarang (seberang), keduanya berasal dari wilayah berbeda di Kota Pariaman.

Tabuik Pasa berpusat di wilayah sisi selatan sungai yang membelah Kota Pariaman hingga Pantai Gondoriah, sementara Tabuik Subarang berasal dari wilayah seberang sungai, dikenal sebagai Kampung Jawa.

Baca Juga: Unik! Ini 10 Kue Hantaran Tradisi Minang, Punya Rasa Lezat yang Hanya Ditemukan saat Acara Pernikahan

Sejak tahun 1982, perayaan Tabuik telah menjadi bagian dari kalender pariwisata Kota Pariaman, dan acara ini telah mengalami berbagai penyesuaian, termasuk dalam hal waktu pelaksanaan acara puncaknya.

Meskipun prosesi awal dimulai pada tanggal 1 Muharram sebagai perayaan tahun baru Hijriyah, pelaksanaan acara puncaknya berubah-ubah setiap tahunnya, tidak lagi terbatas pada tanggal 10 Muharram agar dapat disesuaikan dengan akhir pekan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat