- Bila melihat situasi saat ini di Gunung Marapi, Sumatera Barat, memang kondisinya cukup mengkhawatirkan masyarakat setempat, yang berusaha mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Selagi membahas tentang meletusnya Gunung Merapi yang terjadi baru-baru ini, ada baiknya untuk menjelaskan tentang perjalanan sang pendaki gunung yang berakhir dengan nasib yang tidak beruntung.
Ya, pada saat itu tragedi yang menelan korban jiwa kembali terulang setelah 31 tahun lalu.
Tepat pada hari Minggu, ada seorang pendaki bernama Abel Tasman menghembuskan nafas terakhirnya di puncak Gunung Marapi.
Gunung Marapi, merupakan salah satu Gunung api aktif yang masuk ke dalam wilayah administrasi antara dua Kabupaten di Sumatera Barat yaitu, Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar.
Gunung ini memiliki ketinggian sekitar 2.891 meter diatas permukaan laut, juga dapat terlihat dari sejumlah wilayah di Sumatera Barat seperti di Kota Bukittinggi dan Padang Panjang.
Letusan Marapi yang terjadi pada hari Minggu yang lalu, telah mengeluarkan kolom abu mengandung material vulkanik yang membumbung hingga 3.000 meter dari puncak kawah atau sekitar 5.891 meter diatas permukaan laut.
Erupsi tidak didahului oleh peningkatan gempa vulkanik yang signifikan, namun saat ini status waspada level II Gunung sudah ditetapkan sejak 3 Agustus 2011 dan telah mengalami beberapa kali erupsi.
Tugu Abel Tasman, merupakan salah satu tugu yang paling banyak diminati dan patut dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara, bagi yang ingin sekali mendaki Gunung Marapi.
Baca Juga: Ramai Soal Penolakan di Aceh, Sebenarnya Apa Penyebab Konflik Rohingya di Myanmar?
Tugu tersebut, merupakan penanda jalur antara naik dan turun yang menuju puncak Marapi, dan sebutan yang digunakan ini, juga untuk merujuk puncak dari Gunung Marapi.
Tugu ini dibangun untuk mengenang seorang pendaki bernama, Abel Tasman dari Kota Padang, yang saat itu tewas karena terjebak erupsi pada hari Minggu, 5 Juli 1992.