bdadinfo.com

PLTA Raksasa di Sumatera Utara Paling Ribet di Dunia! Banyak Nyawa Melayang Jadi Tumbal dan Sengketa Lahan Takkan Selesai Sampai Akhir Zaman - News

 pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Batang Toru di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, berulang kali menelan korban jiwa. Penyebab peristiwa ini masih dalam penyelidikan Kepolisian Tapanuli Selatan.

- Ternyata Pembangunan mega proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Batang Toru di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, berulang kali menelan korban jiwa.

Diketahui, peristiwa terjadi pada 2 Juli lalu seorang pekerja tewas tertimpa batu dan masuk ke dalam jurang saat melintas mengendarai mobil di sekitar proyek pembangunan terowongan.

Di mana seorang pekerja lain juga luka-luka cukup parah di beberapa bagian tubuhnya. Keduanya langsung dilarikan ke rumah sakit di Kota Padang Sidempuan untuk perawatan lebih lanjut. Penyebab peristiwa ini masih dalam penyelidikan Kepolisian Tapanuli Selatan.

Baca Juga: Jokowi Sudah Tekan Tombol Sirine Tol Baru di Sumatera Utara Ini dari Medan ke Danau Toba Cuma 1,5 Jam, Dulu 3,5 Jam Sampai Bolak-balik Muntah di Jalan

AKBP Imam Zamroni, Kapolres Tapanuli Selatan mengatakan, masih melakukan penyelidikan lebih lanjut. Korban meninggal, Salman Lubis (24), warga Desa Panyabungan Tonga, Mandailing Natal. Korban luka-luka, Akbar Mustafa (28), warga Kecamatan Marancar, Tapanuli Selatan.

Dari pengumpulan data dan keterangan di lokasi, peristiwa naas itu terjadi ketika Salman akan menjemput Akbar yang tengah mengukur di Adit II, merupakan akses terowongan. Rencananya, setelah itu akan lanjut pengukuran area Adit III.

Menaiki mobil Heluxe double cabin keduanya menuju ke lokasi pengukuran lain. Di tengah perjalanan, Salman yang melihat ada bebatuan besar di jalan yang mereka lintasi. Dia panik dan coba menghindar dari batu-batuan besar itu ke kanan namun menabrak tebing dan menghantam reruntuhan batuan-batuan di pinggir jurang.

Mobil beserta keduanya berguling beberapa kali. Setelah itu, korban mencoba keluar dari mobil namun reruntuhan dan bongkahan batu besar jatuh ke jurang dan menghantam kepalanya hingga tewas. Sedangkan Akbar tetap berada di dalam mobil dan selamat namun bagian kepala mengalami luka karena terkena benturan.

Tempat kejadian antara Adit II dan Adit III di jalur K7+400. Mobil yang masuk ke jurang tersebut diketahui milik PT Sinar Angel Emas, sub kontraktor PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE), selaku pelaksana proyek.

“Pekerja lain yang melihat kejadian mencoba mengevakuasi kedua korban, kemudian melarikan ke rumah sakit untuk pertolongan lebih lanjut namun nyawa korban tidak tertolong,” kata Zamroni, baru-baru ini.

Lantas dari manakah bongkahan-bongkahan batu dengan ukuran besar itu? Menurut beberapa pekerja di sana, area kejadian merupakan tempat pembangunan terowongan. Di lokasi itu banyak puing-puing bebatuan hasil peledakan bukit untuk membuat terowongan.

Dengan satu orang tewas lagi, ini menjadi catatan panjang proyek pembangkit ini memakan korban. Data dari Polres Tapanuli Selatan dan Basarda Medan, setidaknya sudah 18 orang tewas di lokasi proyek itu. Rinciannya, 13 orang tewas, dua dinyatakan hilang dalam peristiwa longsor di lokasi proyek pembangkit listrik tenaga air Batang Toru itu.

Selanjutnya, dua pekerja asing asal negara Tiongkok juga tewas tertimbun reruntuhan bebatuan ketika melakukan peledakan pembuatan terowongan. Peristiwa-peristiwa itu terjadi sejak 2021 hingga 2022, terakhir Juli 2023.

Baca Juga: Manfaatkan KUR BRI, Zialova Batik Sukses Bertransformasi Jadi Produsen Fashion Lokal Favorit di Pekalongan

Kecelakaan kerja pekerja PT Sinar Angel Emas ini bukan pertama kali terjadi. Pada Agustus 2022, dua pekerja, Alfiadi Napitupulu dan Ahmad Somet juga alami kecelakaan kerja ketika beraktivitas di area proyek pengeboran terowongan. Keduanya, warga lokal yang tertimpa bongkahan batu ketika ledakan terjadi. Beruntung, mereka masih selamat meskipun mengalami luka lumayan parah.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat