bdadinfo.com

Mengenang Kisah Pilu Rumoh Geudong Jejak Nestapa Aceh yang Terbakar: Ini Tempat Saya Disiksa   - News

Mengenang Kisah Pilu Rumoh Geudong Jejak Nestapa Aceh yang Terbakar: Ini Tempat Saya Disiksa   (Youtube.com/@stuka91)

 – Di Desa Bilie Aron, Kecamatan Geulumpang Tiga, Pidie, terdapat bekas reruntuhan sebuah rumah tradisional, menyimpan segudang rekaman jejak kelam Aceh. Meski dikenal sebagai rumah adat Aceh, bangunan tersebut lebih dikenal dengan sebutan Rumoh Geudong.

Bekas rumah ini telah menyaksikan pahitnya tragedi Aceh saat menjadi Pos Sattis (Pos Satuan Taktis dan Strategis) di bawah kendali pasukan Kopassus selama masa Daerah Operasi Militer (DOM).

Di balik dinding Rumoh Geudong, terukir kenangan mengerikan bagi masyarakat sipil dan mereka yang dituduh terlibat Gerakan Pengacau Keamanan (pemberontakan). Hampir setiap tahanan yang dibawa ke sini mengalami penyiksaan dan kekerasan yang tak terhitung jumlahnya.

Baca Juga: Kisah Bantah Barensyah: Kepahlawanan dan Keberanian Pangeran Aceh

Salah satu warga Pidie, Muhammad Nur, memiliki kenangan yang tak terlupakan di Rumoh Geudong. Dia ditahan oleh pasukan republik dan mengalami penyiksaan yang kejam selama interogasi.

"Ini tempat saya disiksa," ujarnya saat mengunjungi kembali Rumoh Geudong bersama tim dari Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) 18 tahun setelah tragedi itu terjadi.

"Saya dipukul dengan kabel, rotan, dan diinjak-injak," katanya.

Baca Juga: Supermarket Islami Idenya dari Eropa, Kisah Rusman Maamoer Pengusaha Padang Digoda Jual Barang Haram

Tak hanya mendapatkan pukulan, Muhammad Nur juga pernah direndam di sebuah sumur di sekitar Rumoh Geudong. Tak jarang, ia dipaksa merendam diri di kolam tempat pembuangan kotoran manusia.

Kenangan pahit ini masih membekas di hati Muhammad Nur dan ratusan korban lainnya yang terlibat dalam konflik di Rumoh Geudong.

Sebagai rumah dengan jejak nestapa, Rumoh Geudong dibakar oleh massa pada 20 Agustus 1998, hanya dua pekan setelah Menteri Pertahanan/Panglima ABRI Jendral TNI Wiranto mencabut status DOM di Aceh pada 7 Agustus.

Sejarah mencatat bahwa Rumoh Geudong dibangun pada tahun 1818 oleh Ampon Raja Lamkuta, seorang hulubalang yang tinggal di Rumoh Raya, hanya sekitar 200 meter dari Rumoh Geudong. Selama perang Belanda, Rumoh Geudong sering digunakan sebagai lokasi pengaturan strategi perang oleh Raja Lamkuta.

Setelah Raja Lamkuta meninggal dunia, Rumoh Geudong ditempati oleh adiknya, Teuku Cut Ahmad hingga Teuku Keujren Gade.

Selain itu, Rumoh Geudong juga menjadi basis perjuangan melawan tentara Jepang. Mulai dari masa Jepang hingga kemerdekaan Indonesia, rumah ini ditempati oleh Teuku Raja Umar dan keturunannya, anak dari Teuku Keujreh Husein.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat