- Setelah melalui perdebatan yang sangat alot, Dewan Keamanan PBB akhirnya mengeluarkan resolusi untuk “jeda kemanusiaan” yang mendesak di Gaza, Palestina.
Hal ini akan memperbolehkan pengiriman bantuan dan evakuasi medis, setelah sebelumnya terjadi empat kali kegagalan dalam menanggapi perang Israel-Hamas.
Sebagaimana dikutip dari Aljazeera, resolusi yang diajukan oleh Malta pada Rabu waktu New York, mengajukan untuk melakukan jeda beberapa hari untuk melindungi warga sipil, terutama anak-anak.
Baca Juga: Presiden Jokowi Makin Menggebu-gebu Pembangunan IKN, Demi Dapat Investor Swasta?
Mereka juga meminta untuk dilakukan pembebasan tanpa syarat terhadap seluruh tawanan yang masih ditahan, khususnya di Gaza.
Keputusan ini diadopsi setelah pemungutan suara dengan hasil 12 suara mendukung, tidak ada yang menolak, dan tiga suara abstain.
Resolusi ini didukung oleh Albania, Brazil, China, Ekuador, Prancis, Gabon, Ghana, Jepang, Malta, Mozambik, Swiss, dan Persatuan Emirat Arab.
Adapun negara yang menyatakan abstain atas resolusi ini adalah Rusia, Britania Raya, dan Amerika Serikat.
Editor Diplomatik Aljazeera memberikan pandangannya terhadap resolusi bahwa ini adalah hukum internasional yang mengikat, tetapi Israel seringkali tidak mematuhi resolusi yang dikeluarkan Dewan Keamanan PBB.
“Ini adalah hukum internasional yang mengikat, namun kita tahu bahwa ada banyak resolusi Dewan Keamanan yang mengikat hukum internasional namun tidak dipatuhi oleh Israel. Namun saya pikir hal ini akan menambah tekanan terhadap Israel, terutama karena AS membiarkan resolusi ini dilaksanakan – Israel bisa saja menggunakan hak vetonya,” kata James Bays.
Baca Juga: Riau Jadi Provinsi yang Paling Diuntungkan di Proyek Jaringan Tol Trans Sumatera, Ini Alasannya
Sebelumnya, terdapat empat resolusi yang diajukan, yang paling dekat untuk disetujui adalah resolusi pada 18 Oktober 2023, di mana semua negara menyetujui atau abstain, akan tetapi Amerika Serikat menggunakan hak veto untuk menolak.
Setelah berlalu 29 hari sejak resolusi tersebut ditolak, terdapat 7.600 kematian lagi dan 3.653 di antaranya adalah anak-anak.