bdadinfo.com

Tokoh Masyarakat Ini Menentang Orang-orang di Sumbar yang Menolak Proyek Jalan Tol, Mantan Walikota Padang: Jangan Mengipas-ngipas Pembangunan Tol! - News

pembangunan jalan tol di Sumatera Barat banyak warga di berbagai nagari menolak pembangunannya dengan berbagai macam alasan baik dari pemangku adat maupun LSM.

 

 - Polemik tak sedap terus bergulir soal pembangunan jalan tol di Sumatera Barat banyak warga di berbagai nagari menolak pembangunannya dengan berbagai macam alasan baik dari pemangku adat maupun LSM.

Seperti diketahui pembangunan Proyek Jalan Tol Payakumbuh Pangkalan yang sangat alot mendapar penolakan dari berbagai kalangan sehingga pihak Japan International Cooperation Agency (JICA) mengalihkan pembangunan.

Dengan berbagai alasan baik pemangku adat, tokoh masyarakat dan masyarakat di Sumbar menolah pembangunan jalan tol masuk ke daerah dengan alasan tanah pusako tinggi dan lain-lain.

Baca Juga: Dapat Dukungan Internasional, Otorita IKN Janji akan Serius Jalani SDGS, Demi Rencana IKN Berkelanjutan?

Kali ini salah seorang tokoh yang juga mantan Walikota Padang ini angkat bicara, Fauzi Bahar mengatakan Jambi dan Riau sudah meninggalkan Sumatera Barat saat bicara soal infrastruktur jalan. Ketika ini negeri ini tidak dibangun tol pasti terbelakang lah negeri kita ini pertambahan di jalan mundur deret hitung 1 2 3 4 5.

"Pertama kendaraan mundur terkukur bertemunya dari itu terjadilah kemacetan terjadi Lah ini kan investasi tidak mengurangi anggaran daerah tidak membebani kepada provinsi kabupaten kota dibangunkan kalau kita pola inilah yang tanpa kita sadari Kita telah merusak generasi bawah," tegasnya.

Dia menegaskan kenapa nanti anak kemenakan kita mengalami kemacetan jalur biasa jalan tidak bertambah kontrak bertambah terus ketika terjadi hari raya pulang kampung semua bisa 10 jam menuju kampung halamannya.

"Ini yang kita mau? kan ada penggantian atau NJOP nilai jual di mana orang-orang yang menolak tentang pembangunan tol ini adalah orang-orang yang menolak tentang pembangunan ekonomi serta martabat," ungkapnya.

Baca Juga: Hutama Karya Siapkan Ruas Jalan Tol Ini untuk Libur Nataru 2024, Catat di Mana Saja!

Dia menegaskan bayangkan satu kilo lupa kol di petani harganya udah 5 ribu sampai 7 ribu kenapa sampai di sini Rp15 ribu karena ongkosnya mahal jadi gara-gara kita pola pikir itu semua warga menanggung risikonya.

"Tapi kalau nilainya deretan cepat minyaknya tidak-tidak antri sekian lama bahwa dari Bukittinggi yang harusnya satu jam nyampe sini harusnya ditempuh empat jam lima jam akhirnya beban itu justru terbaik akhirnya lomba imalko maksimal dari curung kita semuanya," terangnya.

Dia menerangkan dengan ada tol berarti jalan konvensional,  jalan ini jadi longgar depannya pindah jalannya cepat ini cepat-cepat ini tapi kau tidak ada semuanya numpuk di jalan yang ramai tapi sangat mendukung

"Kenapa ada seorang kepala daerah Katakanlah Walikota Payakumbuh tiba-tiba stroke yang orang tua stroke empat jam masih bisa diselamatkan karena terjadi kemacetan jadi stroke Abadi itu bisa akan difokuskan kerugiannya Rp1 miliar atau Rp100 miliar tidak bisa diputuskan kelebihannya stroknya abadi," paparnya.

Terjadi oleh kota lagi yang tadinya dia melayan orang sekarang dia di layanin orang yang tadinya anak istrinya bisa kuliah hari ini nungguin dia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat