bdadinfo.com

Hasil Riset: Langkah Korea Selatan Bagi-bagi Uang Tak Mendorong Bertambahnya Angka Kelahiran - News

Hasil Riset: Langkah Korea Selatan Bagi-bagi Uang Tunai Tak Mendorong Bertambahnya Angka Kelahiran (www.abc.net.au)

 - Korea Selatan menghadapi penurunan drastis dalam angka kelahiran, di mana banyak warga di negara tersebut enggan menikah dan memiliki anak. 

Menanggapi hal ini, pemerintah Korea Selatan berupaya mengatasi hal ini dengan memberikan tambahan bonus uang tunai kepada warga yang melahirkan tahun ini. 

Meskipun demikian, hasil riset menunjukkan bahwa langkah pemerintah tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan angka kelahiran.

Baca Juga: Boleh Juga Nih! Kaum Introvert di Korea Selatan Dapat Insentif Rp7,6 Juta per Bulan  

Sejak tahun 2022, pemerintah memberikan bonus tunai sebesar 2 juta won atau sekitar Rp23 juta untuk setiap anak yang lahir. 

Besaran dana tersebut meningkat menjadi 3 juta won atau setara dengan Rp 35 juta untuk anak kedua atau lebih, dan 5 juta won atau setara dengan Rp 58 juta untuk anak kembar pada tahun 2024 ini.

Meski pemerintah berusaha memberika insentif finansial, hasil survei yang dilakukan oleh Institut Perawatan dan Pendidikan Anak Korea Selatan menunjukkan bahwa 37,7 persen responden tidak berencana memiliki anak tambahan, meskipun ada peningkatan besar pada bonus tunai yang akan diberikan oleh pemerintah.

Baca Juga: Fenomena Stroller Anjing Lebih Laku Dari Stroller Bayi di Korea Selatan, Angka Kelahiran Rendah di Korsel Terus Berlanjut?

Survei tersebut melibatkan 2.000 orang yang telah menerima manfaat bonus untuk anak-anak mereka dan hasilnya diungkap pada Jumat 5 Januari 2024. 

"Meningkatkan bonus tunai dapat meningkatkan tingkat kepuasan penerima kebijakan dan membantu perekonomian rumah tangga mereka, namun kebijakan tersebut tidak diperkirakan mendorong kelahiran tambahan dalam jangka panjang," tulis keterangan institut tersebut.

Peneliti senior Lee Yoon-jin menyatakan bahwa kebijakan bonus tunai tampaknya tidak mempengaruhi keputusan masyarakat untuk memiliki lebih banyak anak. 

Tingkat kesuburan di Korea Selatan diprediksi akan terus menurun meskipun pemerintah memberikan insentif finansial dengan jumlah yang besar.

"Selain itu, meningkatnya tanggapan negatif terhadap tambahan kelahiran anak disebabkan oleh inflasi yang terjadi baru-baru ini. Hal ini menyiratkan bahwa pemerintah harus mempertimbangkan peningkatan dramatis terhadap jumlah yang ditawarkan," kata Lee menjelaskan.

Sebelumnya, Lee Yoon-jin juga menyoroti faktor pendapatan dan beban keuangan sebagai alasan utama bagi warga yang enggan memiliki anak, terutama di kalangan masyarakat yang berusia 20 tahunan.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat