- Bank Sentral Jepang (BoJ) telah mengambil keputusan drastis dengan mengakhiri era suku bunga negatif yang telah berlangsung selama 17 tahun terakhir.
Langkah tersebut diambil dengan menaikkan suku bunga dari -0,1% menjadi kisaran 0 hingga 0,1%.
Keputusan ini tentu saja menimbulkan pro dan kontra di kalangan ahli ekonomi serta berbagai dampak yang mungkin akan dirasakan, baik bagi ekonomi Jepang sendiri maupun ekonomi global secara keseluruhan.
Baca Juga: Euforia Ramadhan! Gelar UMKM Produk Lokal di Kabupaten Terkenal Disinilah Meriahkan Alun-Alun Disini
Menurut Senior Economist Bank Mandiri, Dian Ayu Yustina, langkah ini merupakan hal yang baik bagi perekonomian Jepang.
Namun demikian, ia juga menyatakan bahwa dampaknya terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia, mungkin tidak begitu signifikan.
Hal ini disebabkan oleh dominasi ekonomi Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok yang masih kuat di pasar global.
Suku bunga negatif pertama kali diperkenalkan oleh BoJ pada tahun 2016 sebagai upaya untuk merangsang pertumbuhan ekonomi Jepang yang lambat.
Namun, kebijakan tersebut tidak sepenuhnya berhasil mencapai tujuannya.
Sebaliknya, suku bunga negatif telah menimbulkan sejumlah masalah, termasuk dampak negatif terhadap sistem perbankan dan investasi serta meredupnya kepercayaan konsumen.
Baca Juga: Mengenal Cita Rasa Kai Mot Daeng, Kudapan Khas Thailand dari Telur Semut Merah
Dengan mengakhiri era suku bunga negatif, BoJ berharap untuk mengurangi beban terhadap sektor perbankan dan meningkatkan kepercayaan konsumen serta investor.
Selain itu, langkah ini juga diharapkan dapat memberikan sinyal positif bagi pasar keuangan global.