bdadinfo.com

Jokowi Beri Wejangan Pemilu 2024 Untuk PSI: Jangan Jadi Follower, Jadi Trendsetter! - News

Jokowi Beri Wejangan Pemilu 2024 Untuk PSI: Jangan Jadi Follower, Jadi Trendsetter! (Setpres.go.id)

 – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberi wejangan Pemilu 2024 untuk para anggota Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang disiarkan secara live di kanal Youtube PSI, pada 31 Januari 2023.

PSI menggelar Kopi Darat Nasional (Kopdarnas) dalam rangka merayakan hari ulang tahun (HUT) partai tersebut yang ke-8.

Sebelum Jokowi, Grace Natalie selaku Wakil Ketua Dewan Pembina PSI dan Giring Ganesha selaku Ketua Umum juga ikut memberi pidato.

Baca Juga: Waduh! Diduga Ubah Putusan Perkara, 9 Hakim Mahkamah Konstitusi Dilaporkana Polisi, Awalnya Tidak Sengaja

Dalam pidatonya, Jokowi memberi nasihat kepada PSI demi kesuksesan pemilu 2024 nantinya.

Menurut Kementerian Luar Negeri, rentang umur pemilih untuk pemilu 2024 nanti paling banyak diduduki oleh yang berusia 17 sampai 40 tahun ke bawah yaitu sebesar 60%.

Oleh karena itu, Jokowi banyak menekankan nasihat yang berhubungan dengan anak muda karena mereka adalah pasar atau segmen yang harus disasar demi memenangkan pemilu 2024.

Baca Juga: Deklarasi Dukungan Dari Eks Pimpinan KPK dan Rocky Gerung untuk Anies Baswedan Maju Pilpres 2024

“Jangan mengikuti isu-isu yang tidak disukai oleh anak-anak muda kita,” ucap sang Presiden RI menjelaskan bahwa PSI harus mengangkat isu yang sesuai dengan anak-anak muda.

“PSI harus memiliki diferensiasi kalau dibandingkan partai partai lain. Isunya jangan ikuti mereka. Jangan jadi follower, tapi harus jadi trendsetter-nya,” lanjut Jokowi diikuti dengan teriakan dan tepukan tangan dari para anggota PSI.

Jokowi mengharapkan agar PSI tidak menjadi follower yang mengikuti orang lain, tetapi harus menjadi trendsetter, dimana PSI harus memiliki ciri khas sendiri dalam mengusung isu-isu kemasyarakatan yang ada.

Ia kembali memberikan contoh diferensiasi sesuai dengan pengalamannya saat mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta.

“Saya melihat saat itu ada peluang karena setiap pemilihan pilkada dimanapun selalu calonnya itu pakai jas pakai dasi pakai peci. Nggak ada yang berani keluar dari situ.”

“Saat itu saya ingat menyiapkan dengan Pak Ahok itu baju kotak-kotak. Nggak ada yg berani membuat tren seperti itu. Itu ada risikonya, risikonya bisa kalah kalau (pakai baju) biru,” ungkapnya menceritakan pengalamannya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat