bdadinfo.com

Angelo Di Livio, Datang dari Tim Musuh dan Menjadi Pahlawan La Viola - News

Pada Era 90an khususnya di Italia, Liga Italia menjadi pusat perhatian para penggemar sepak bola dunia. Pemain-pemain top dunia banyak yang bermain untuk tim-tim Liga Italia di era 90an.

Selain itu sebutan Magnificent Serie A juga populer di era 90an. Sebutan tersebut ditujukan untuk tujuh tim Italia yang menjadi kekuatan Italia di kompetisi domestik dan Eropa.

Magnificent Serie A pun mulai kehilangan salah satu anggotanya di awal era 2000an. Fiorentina salah satu tim Magnificent Serie A ini dinyatakan bangkrut di tahun 2002.

Kepergian Batistuta ke AS Roma di tahun 2000 menjadi pertanda keuangan Fiorentina saat itu sedang tidak bagus. Batistuta yang masih ingin membela La Viola terpaksa dijual oleh pihak klub untuk menutupi hutang tim.

Musim selanjutnya Fiorentina berhasil meraih gelar keenam Coppa Italianya namun hal tersebut tak bisa membuat keuangan La Viola semakin membaik. Rui Costa dan Francesco Toldo memilih untuk pergi dari Firenze setelah Fiorentina berhasil meraih gelar Coppa Italia keenam.

Setelah kepergian Batistuta, Rui Costa, dan Francesco Toldo, La Viola masih tetap bertahan dengan pemain ikoniknya seperti Nuno Gomes, Predrag Mijatovic, Enrico Chiesa, Moreno Torricelli, dan Angelo Di Livio.

Namun meskipun La Viola masih diperkuat oleh pemain-pemain ikoniknya, kebangkrutan tak bisa dihindarkan. Seusai musim 2001/2002, Fiorentina dinyatakan bangkrut dan harus bermain di Serie C2 dengan nama baru Florentia Viola.

Baca Juga: Mengapa Klub-Klub Italia Selalu Diancam Dengan Kebangkrutan?

Pemain-pemain Fiorentina pun berstatus bebas transfer dan dipersilahkan untuk hengkang. Tak ada pesepak bola top yang ingin bermain di Serie C2 kompetisi kasta keempat di Italia.

Namun ada seorang pesepak bola profesional yang ingin tetap membela Fiorentina meskipun bermain di kasta terendah Liga Italia. Seseorang tersebut adalah Angelo Di Livio.

Angelo Di Livio adalah salah satu pemain yang membawa Juventus meraih gelar Liga Champions kedua di musim 1995/1996. Namanya tak begitu bersinar seperti Roberto Baggio atau Zinedine Zidane yang pernah membela Juventus namun dedikasi dan sumbangsih yang ia berikan saat membela Juventus sangat baik saat itu.

Peran Di Livio saat membela Juventus sangat penting terutama untuk lini tengah Juventus. Selama enam tahun membela La Vechia Signora, ia berhasil membawa Juventus meraih tiga gelar juara Liga Italia, satu gelar Liga Champions, satu gelar Coppa Italia, dua gelar Supercoppa Italiana, satu gelar UEFA Super Cup, dan satu gelar Intercontinental Cup. Total sembilan gelar yang ia raih bersama Juventus.

Pihak klub memberikan kabar bahwa Di Livio akan diperpanjang kontraknya di Juventus namun pihak klub tak kunjung memperpanjang kontrak Di Livio. Merasa dikhianati, ia pun menyebrang ke klub yang menjadi rival mantan klubnya dulu yakni Fiorentina. Ia bergabung dengan La Viola di tahun 1999. 

Tiga bulan pertamanya di Firenze, Di Livio tampil kurang bagus bersama Fiorentina. Para penggemar Fiorentina pun menduga Di Livio adalah seorang mata-mata Juventus. Ia pun dipaksa untuk melakukan ritual 'Degobbizzazione' atau simbol penyucian dan sumpah setia dari mantan pemain Juventus yang bergabung ke Fiorentina. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat