- Bagi masyarakat Indonesia, seorang pahlawan bernama Jenderal Sudirman, seorang Panglima Besar sangat tersohor.
Istilah Perang Gerilya tentunya jug melekat pada diri Jenderal Soedirman.
Bagaimana tidak, dengan mengandalkan satu paru-paru, Jenderal Soedirman memimpin pasukan kecil -cikal bakal TNI-melakukan geriliya di tengah hutan guna mengusir penjajah Belanda.
Baca Juga: Meriahkan Kickoff GFF DIY, Erick Thohir Harap Pesepakbola Muda Berlaga di Piala Dunia 2038
Nilai kepahlawanan Panglima Besar Jenderal Soedirman laksana mata air “moralitas” yang jernih dan tak pernah surut.
Pancaran pribadi dan jejak catatan hidupnya jadi pancaran api abadi yang memberi suluh, tak hanya bagi langkah TNI secara khusus, juga bagi seluruh bangsa Indonesia.
Setelah kematiannya pada 29 Januari 1950, keberadaan Jenderal Soedirman bukan saja masih dikenang melainkan terus membara kuat di dalam batin TNI dan masyarakat Indonesia.
Baca Juga: Indonesia Bakal Makin Cuan Gegara Aturan Hukum Golden Visa Disahkan, Kok Bisa? Ini Penjelasannya
Pada sosok Soedirman juga tercermin adanya model kepemimpinan yang teguh, berintegritas tinggi, pribadi yang sederhana dan jujur, serta memiliki sikap tanpa pamrih.
Untuk merepresentasikan nilai-nilai juang Jenderal Soedirman, Indonesia banyak membangun momumen tentang dirinya.
Semisal, di Ibu Kota Jakarta satu patung besar Panglima Besar Jenderal Soedirman.
Baca Juga: Bersama Nama Besar Lain, Wartawan Asal Padang Ini Mendadak Diangkat Jadi Komisaris PT PSS Sleman
Patung itu berukuran 6,5 meter dan penyangganya 5,5 meter sehingga memiliki tinggi keseluruhan 12 meter.
Jika tak puas, bisa bertandang ke Museum Satria Mandala di Jl Gatot Subroto, di sana juga bakalan ditemui ruangan khusus yang didedikasikan untuk Jenderal Soedirman.