bdadinfo.com

Perubahan Drastis Suhu Laut Pecahkan Rekor Akibat Pemanasan Global, Mengkhawatirkan! - News

Ilustrasi (straitstimes.com)


- Laporan tahunan yang dirilis pada 11 Januari 2024 mengungkapkan bahwa samudra dunia menyerap jumlah panas berlebih yang sangat besar, cukup untuk menguapkan miliaran kolam renang ukuran Olimpiade.

Lautan, yang mencakup 70 persen permukaan bumi, memainkan peran krusial dalam menjaga bumi agar tetap dapat dihuni dengan menyerap sekitar 90 persen panas berlebih yang dihasilkan oleh polusi karbon dari aktivitas manusia sejak zaman industri dimulai.

Menjelang tahun 2023, perkiraan menunjukkan bahwa laut telah menyerap sekitar sembilan hingga 15 Zettajoule lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya, berdasarkan data dari Administrasi Oseanik dan Atmosferik Nasional Amerika Serikat serta Institut Fisika Atmosfer China.

Baca Juga: Rasio Penduduk Indonesia Berpendidikan S2 dan S3 Masih Rendah, Presiden Jokowi Mengaku Kaget

Satu Zettajoule energi setara dengan sekitar 10 kali listrik yang dihasilkan di seluruh dunia dalam satu tahun.

Dalam konteks ini, laporan tersebut menyebutkan bahwa setiap tahun, populasi dunia mengonsumsi sekitar setengah Zettajoule energi untuk mendukung aktivitas ekonomi.

Sebagai perbandingan, 15 Zettajoule dianggap cukup untuk menguapkan 2,3 miliar kolam renang ukuran Olimpiade.

Tahun 2023 menjadi saksi pencapaian rekor tertinggi dalam suhu permukaan laut dan energi yang tersimpan di kedalaman laut mencapai 2.000 meter.

Hal ini diungkapkan dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Advances In Atmospheric Sciences.

Baca Juga: Pj Wako Padang Panjang Terima Buku dari Kemenparekraf

Tingginya jumlah energi yang tersimpan di laut menjadi indikator utama pemanasan global, karena lebih sedikit dipengaruhi oleh variasi iklim alam dibandingkan suhu permukaan laut.

Peningkatan suhu air dan salinitas laut juga mencapai rekor tertinggi, memberikan kontribusi pada proses ‘stratifikasi’ di mana air memisahkan diri menjadi lapisan yang tidak bercampur.

Dampaknya sangat signifikan, termasuk dalam pertukaran panas, oksigen, dan karbon antara laut dan atmosfer, yang berujung pada hilangnya oksigen di laut.

Kekhawatiran ilmuwan semakin muncul terkait kapasitas jangka panjang samudra untuk terus menyerap 90 persen panas berlebih dari aktivitas manusia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat