bdadinfo.com

Pelajari Megahnya Candi Borobudur: Sebuah Persembahan Seni dan Kebudayaan Indonesia - News

Kompleks Candi Borobudur, sebagai salah satu monumen Budha terbesar di dunia, dibangun pada abad ke-8 dan ke-9 Masa Dinasti Syailendra. Tag:Borobudur, Candi, Jawa Tengah, Indonesia, UNESCO    (worldhistory.org)




- Kompleks Candi Borobudur, sebagai salah satu monumen Budha terbesar di dunia, dibangun pada abad ke-8 dan ke-9 Masa Dinasti Syailendra.

Terletak di Lembah Kedu, bagian selatan Jawa Tengah, Indonesia, candi induk ini berupa stupa yang dibangun dalam tiga tingkat mengelilingi bukit pusat alami.

Struktur ini mencakup alas piramidal dengan lima teras persegi konsentris, batang kerucut dengan tiga platform melingkar, dan stupa monumental di puncaknya.

Dinding dan langkah-langkahnya dihiasi dengan relief rendah halus seluas 2.520 m2. Sebanyak 72 stupa kerawang di sekitar platform melingkar berisi patung Buddha.

Baca Juga: Sikap Tegas Indonesia Mendukung Palestina dalam Rapat Dewan Keamanan PBB, Menlu Retno: Dewan Keamanan telah Gagal Bertindak!

Pembagian vertikal Candi Borobudur mencerminkan konsepsi Alam Semesta dalam kosmologi Buddha.

Dipercayai bahwa alam semesta terbagi menjadi kamadhatu, rupadhatu, dan arupadhatu, yang mewakili bidang keinginan, bidang bentuk, dan alam tanpa bentuk.

Candi ini menggambarkan kamadhatu melalui alasnya, rupadhatu melalui lima teras persegi, dan arupadhatu melalui tiga platform melingkar dan stupa besar.

Sebagai monumen dinasti, Candi Borobudur mencerminkan kebesaran Dinasti Syailendra yang memerintah Jawa selama sekitar lima abad hingga abad ke-10.

Kompleks ini terdiri dari Candi Borobudur serta dua candi kecil, yaitu Candi Mendut dan Candi Pawon, yang melambangkan fase-fase pencapaian Nirwana.

Meskipun awalnya digunakan sebagai kuil Buddha, Candi Borobudur ditinggalkan antara abad ke-10 dan ke-15.

Baca Juga: Workshop Kepala Sekolah SD se-Kota Pariaman Digelar Dua Hari

Setelah ditemukan kembali pada abad ke-19, dan mengalami pemugaran pada abad ke-20, candi ini kembali menjadi situs arkeologi Buddha.

Kompleks Candi Borobudur memenuhi kriteria UNESCO sebagai mahakarya arsitektur Budha dan seni monumental (Kriteria i).

Candi ini juga merupakan contoh luar biasa seni dan arsitektur Indonesia pada abad ke-8 dan ke-9, yang mempengaruhi kebangkitan arsitektur pada abad ke-13 hingga ke-16 (Kriteria ii).

Dengan ditatanya dalam bentuk bunga teratai, kompleks ini mencerminkan perpaduan antara gagasan sentral pemujaan leluhur dan konsep Buddha untuk mencapai Nirwana (Kriteria vi).

Batas-batas kompleks ini memuat tiga candi yang saling berhubungan, dengan dinamika antara Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Candi Pawon tetap terjaga meskipun tautan visualnya tak lagi terbuka.

Ancaman utama berasal dari pembangunan yang dapat merusak hubungan antara monumen utama dan lingkungan sekitarnya.

Pariwisata juga menimbulkan tekanan besar, dan kerusakan batu bangunan serta aktivitas pengunjung yang tidak diawasi menjadi perhatian.

Keaslian Candi Borobudur dijaga dengan merekonstruksi menggunakan bahan asli selama dua tahap pada abad ke-20.

Meskipun pemugaran dilakukan, bahan asli yang masih cukup memungkinkan rekonstruksi.

Saat ini, candi ini berfungsi sebagai tempat ziarah Budha, meskipun terdapat tekanan dari kegiatan komersial dan kurangnya strategi pengelolaan pariwisata yang memadai.

Perlindungan properti dilakukan berdasarkan undang-undang Indonesia, dan program pemantauan telah efektif memantau kerusakan dan dampak dari letusan Gunung Merapi.

Pengelolaan melibatkan berbagai pihak, termasuk Badan Konservasi Peninggalan Borobudur, pemerintah kota, dan masyarakat setempat.

Rencana pengelolaan pengunjung dan penelitian dampak jangka panjang dari letusan Merapi sedang dilakukan untuk melindungi properti ini lebih lanjut. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat