bdadinfo.com

Bak Pahlawan bagi Jawa Timur! Bandara Konglomerat Gudang Garam Paling Spektakuler di Indonesia Seperti Changi Airport di Singapura, Sudah Diresmikan? - News

Bandara Konglomerat Gudang Garam Diperkirakan total nilai investasi mencapai Rp. 10,8 triliun akan dioperasikan oleh Angkasa Pura I dan PT Surya Dhoho Investama, anak perusahaan dari PT. Gudang Garam, perusahaan rokok terbesar keenam di Indonesia.

-  Bandara Konglomerat Gudang Garam dibangun oleh PT Gudang Garam Tbk adalah sebuah produsen rokok yang berkantor pusat di Kediri.

Sebelum melanjutkan terkait Bandara Konglomerat Gudang Garam. Mari kita simak latarbelakang PT Gudang Garam di mana Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, hingga akhir tahun 2022, perusahaan ini memiliki pabrik di Kediri, Gempol, Karanganyar, dan Sumenep, serta kantor perwakilan di Jakarta dan Sidoarjo.

Perusahaan ini memulai sejarahnya pada tahun 1956 saat Tjoa Ing-Hwie atau Surya Wonowidjojo membeli lahan dengan luas sekitar 1.000 meter persegi milik Muradioso di Jl. Semampir II/l, Kediri.

Di atas lahan tersebut, Tjoa Ing-Hwie lalu mulai memproduksi rokok sendiri, diawali dengan rokok kretek dari kelobot dengan merek Inghwie.

Baca Juga: Daftar 20 Negara Paling Bahagia 2024, Finlandia Kembali Duduki Peringkat Pertama, Ada Indonesia?

Setelah beroperasi selama dua tahun, pada tanggal 26 Juni 1958, Tjoa Ing-Hwie mengganti nama perusahaannya menjadi Perusahaan Rokok Tjap Gudang Garam.

Awalnya, perusahaan ini hanya mempekerjakan 50 orang. Konon, nama "Gudang Garam" didapat oleh Tjoa Ing-Hwie dari mimpi.

Pada tahun 1966, perusahaan ini telah menjadi produsen sigaret kretek tangan (SKT) terbesar di Indonesia, dengan ribuan karyawan dan kapasitas produksi 50 juta batang SKT per bulan.

Pada pertengahan dekade 1960-an, krisis politik Indonesia sempat membuat perusahaan ini kehilangan banyak karyawan, tetapi perusahaan ini berhasil bangkit kembali dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Baca Juga: Telah Diresmikan! Pembangunan Bandara Singkawang Ternyata Hasil Kolaborasi Sektor Publik dan Swasta, Segini Anggarannya

Pada tahun 1969, badan hukum perusahaan ini diubah menjadi firma (Fa), dan pada tanggal 30 Juni 1971, badan hukum perusahaan ini kembali diubah menjadi perseroan terbatas (PT).

Pada tahun 1973, perusahaan ini mulai mengekspor produknya ke luar Indonesia. Berbeda dengan Bentoel Group yang telah mulai memproduksi sigaret kretek mesin (SKM) sejak dekade 1970-an, perusahaan ini masih setia memproduksi SKT.

Dan baru mendatangkan mesin pembuat rokok pada tahun 1979. Mesin pembuat rokok tersebut kemudian berhasil menaikkan produksi perusahaan ini menjadi dua kali lipat, yakni dari 9 miliar batang/tahun menjadi 17 miliar batang/tahun.

Pada dekade 1980-an, perusahaan ini telah memiliki sejumlah pabrik dengan total luas mencapai 240 hektar dan dapat memproduksi rokok sebanyak 1 juta batang/hari.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat