bdadinfo.com

Pulau Sumatera Bolong Karena Ada Teluk Ini, Mitos Atau Fakta? Ternyata Ini Kisahnya - News

Pulau Sumatera Bolong Karena Ada Teluk Ini, Mitos Atau Fakta? Ternyata Ini Kisahnya (Youtube Lazardi Wong Jogja)

 - Pulau Sumatera memang sejak dulu menjadi tempat peradaban manusia dari masa ke masa bahkan sebelum masuknya masa penjajahan atau kolonialisme yang dilakukan oleh Belanda dan Jepang.

Konon katanya dahulu terdapat teluk yang terlihat membolongi Pulau Sumatera yang sekarang dikenal sebagai Provinsi Jambi.

Teluk itu bernama Teluk Wen dan dikuasai oleh Kerajaan bernama Kerajaan Koying.

Baca Juga: Memahami Luhak nan Tigo, Batas-batas Wilayah dari Sumatera Barat

Hal ini berlandaskan pada dugaan catatan utusan dari negeri China yaitu Kuang Tai yang berasal dari Dinasti Wu di bagian selatan China, Wan-Cen dari daerah dekat Nankin, dan juga catatan Tu-Yu.

Dugaan ini merujuk berdirinya kerajaan yang bernama Chia-Ying atau Koying pada abad ke-3 masehi.

Kerajaan ini berada di kaki Gunung Kerinci dan memiliki kekuatan pada jalur perdagangan karena berbatasan langsung dengan Teluk Wen.

Baca Juga: Intip Jejak Pujangga Lama di Sumatera: Punya Peran Penting dalam Perjalanan Panjang Sastra Indonesia

Teluk Wen sendiri diduga berada di area selatan Kerajaan Koying. Wilayah Teluk Wen diduga menyusut dan sekarang dikenal sebagau Teluk Inderapura.

Kehadiran teluk ini menjadikan Kerajaan Koying memiliki pelabuhan aktif dan menjadi sentra perdagangan.

Kerajaan Koying juga diduga sebagai kerajaan penghasil emas, perak, batu kristal dan mutiara. Barang-barang ini yang dijadikan alat tukar pada saat perdagangan terjadi di Teluk Wen.

Runtuhnya Kerajaan Koying disinyalir karena ketidakmampuan pemerintahannya menangani pertumbuhan area dan pergerakan rakyat yang semakin luas.

Seiring bertambahnya area yang dikuasai Kerajaan Koying maka terjadi semakin banyak daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dan sulit dikontrol.

Namun, fakta adanya Kerajaan Koying dan Teluk Wen ini masih menjadi perdebatan para ahli sejarah. Pasalnya keberadaannya hanya berdasarkan satu sumber dari catatan atau tulisan utusan dari China saja.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat