bdadinfo.com

Tiga Budaya di Pasaman Barat yang Masuk WBTB, Salah Satunya Jadi Objek Wisata Religi - News

Sulaman Benang Emas Air Bangis tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia   (pasamanbaratkab.go.id)




- Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) merupakan budaya yang diwariskan turun-temurun dan sifatnya intangible atau tidak bisa dipegang.

Belum lama ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menobatkan dua budaya asal Pasaman Barat, Sumatera Barat sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia.

Total WBTB Indonesia asal Pasaman Barat yang sebelumnya hanya berjumlah satu kini menjadi tiga.

Baca Juga: 10 Menu Terpopuler dari Sumatera Menurut Taste Atlas Diborong Sumbar, Ada Hidangan Favoritmu?

Apa saja ketiga WBTB Indonesia asal Pasaman Barat tersebut? Simak informasinya berikut ini.

1. Kesenian Ronggiang

Ronggiang merupakan sebuah seni pertunjukan dari Pasaman Barat yang lahir dari akulturasi budaya dari etnis Jawa, Mandailing, dan Minangkabau.

Kesenian ini merupakan perpaduan dari tari, syair pantun, dan musik.

Penari dalam pertunjukan ini disebut juga anak ronggiang, yang terdiri dari empat orang laki-laki yang salah satunya memerankan penampil wanita.

Baca Juga: Ketika Purwacaraka Cemburu dengan Sorotan Paskibraka

Hal ini merupakan bentuk adopsi Ronggeng Jawa yang penarinya adalah wanita.

Karena wanita Minangkabau tidak diperbolehkan menari di depan umum, maka kaum prialah yang berdandan seperti wanita.

Gerak inti dalam kesenian ini adalah gerak melenggang, yaitu menggerakkan tangan secara bergantian seperti sedang berjalan.

Selain menari, anak ronggiang juga akan mendendangkan pantun yang terdiri dari dua sampiran dan dua isi.

Syair pantun ini menggunakan bahasa Minangkabau dialek Pasaman dengan irama mirip musik Melayu.

Baca Juga: Perjalanan Rumah Sakit Abdul Moeloek, Kebanggaan Lampung yang Sudah Hadir Lebih dari 100 Tahun

Instrumen yang digunakan adalah biola, gendang, botol yang dipukul menggunakan paku, dan terkadang juga diiringi tamborin.

Kesenian Ronggiang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada tahun 2014.

2. Ikan Larangan Lubuak Landua

Ikan larangan adalah sebuah mitologi masyarakat Pasaman tentang ikan yang tidak boleh ditangkap atau dimakan.

Baca Juga: Progres Positif Pembangunan Jalan Tol Padang Sicincin, Sempat Bikin Jokowi Pusing?

Orang yang melanggar dipercaya akan mendapat nasib buruk seperti sakit atau tertimpa musibah.

Sejarah ikan larangan berawal dari Surau Syekh Lubuak Landua yang dibangun pada tahun 1800-an oleh Syekh Muhammad Basyir, seorang ulama Thariqat Naqsyabandiyah.

Surau ini dipercaya berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Pasaman Barat.

Selain mendirikan surau, Syekh Muhammad Basyir juga memulai tradisi ikan larangan.dengan melarang penangkapan ikan di area sungai sekitar surau.

Baca Juga: Berbagai Manfaat untuk Masyarakat dari Adanya Jalan Tol Trans Sumatera, Apa Saja Ya?

Beliau wafat sebelum memberikan izin untuk melakukan penangkapan ikan tersebut.

Hingga kini, kearifan lokal ikan larangan masih tetap dilestarikan oleh masyarakat dan berhasil dinobatkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia oleh Kemendikbudristek.

Surau Lubuak Landua serta ikan larangan kini menjadi daya tarik wisata religi di Aua Kuniang, Pasaman Barat.

Banyak pengunjung yang datang ke lokasi ini untuk berziarah, berdoa, ataupun bermain air.

Baca Juga: Kabar Baik Nih, Inflasi Riau Terendah Keempat di Indonesia, Nomor 1 dari Pulau Sumatera juga

3. Sulaman Benang Emas Air Bangis

Sulaman benang emas Air Bangis merupakan teknik menghias kain menggunakan benang emas untuk membuat hiasan bersambung.

Kerajinan yang berasal dari Air Bangis, Kecamatan Sungai Beremas ini telah menjadi salah satu ikon daerah Pasaman Barat.

Diwariskan dari generasi terdahulu, kerajinan sulaman benang emas kebanyakan dikerjakan oleh pengrajin perempuan.

Sulaman benang emas ini memiliki beragam motif seperti tumbuhan, hewan, angkasa, geometris, dan dekoratif serta dapat menghiasi berbagai produk pakaian, gantungan kunci, sarung bantal, pelaminan, hiasan dinding, dan lain-lain.

Baca Juga: Jelajahi Keindahan Arsitektur 9 Masjid di Sumatera, Landmark Bersejarah yang Jadi Daya Tarik Wisata Religi

Peralatan untuk membuat sulaman terdiri dari pensil untuk menggambar motif, gunting, pemidangan untuk mengatur ketegangan dan kerenggangan bahan, jarum tangan, dan jarum pentul.

Bahan yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, untuk membuat pakaian digunakan bahan victory, untuk sandal digunakan bahan satin, untuk pelaminan atau kaligrafi digunakan bahan beludru, dan sebagainya.

Selain bahan kain, juga dibutuhkan kertas minyak, kertas karbon, benang jahit, benang emas, dan pernak-pernik payet.

Baca Juga: Deretan Uniknya Ombak Bono di Riau, Fenomena Alam Langka Arus Ombak Besar di Sungai, Bisa Sampai 10 Meter!

Sulaman Benang Emas Air Bangis telah tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dengan domain kemahiran dan kerajinan tradisional.

Nah, itulah informasi mengenai ketiga Warisan Budaya Tak Benda Indonesia asal Pasaman Barat.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat