bdadinfo.com

Evaluasi 2021, Rata-rata Pemenang Tender di Sumbar Penyedia Penawaran 81% - News

Jalan Tol Depok Antarasari (Desari) di Kampung Gerogol, Kelurahan Rangkapan Jaya, Kota Depok (Muhammad Ridwan - INDEPENDEN MEDIA)

PADANG, -
Kepala Biro Pengadaan Barang dan Jasa Sumbar, Doni Rahmat Samulo mengatakan dalam Focus Grup Discussion (FGD) tersebut pihaknya mengundang 56 asosiasi, namun yang datang 23 asosiasi yang didominasi bidang jasa konstruksi, jasa pengamanan dan jasa kebersihan.

Ia menyebut tantangan pengadaan barang dan jasa di Sumbar pada 2021 adalah mengurangi kemungkinan pemenang tender hanya berdasarkan angka penawaran terendah.

Baca Juga: Kabar Baik, Pengerjaan Jalan di Kota Pariaman Sudah Proses Kontrak dengan Pemenang Tender

Hal itu untuk memastikan proyek pemerintah dikerjakan oleh penyedia yang profesional, memiliki kemampuan SDM dan kepemilikan sumber daya peralatan serta financial yang mumpuni.

“Pokja telah melakukan perubahan sistem pengadaan barang dan jasa sesuai prosedur. Pertama memperketat evaluasi kewajaran harga. Apakah harga itu wajar dan mungkin dilakukan dengan baik. Kalau penawaran sudah turun di bawah 80 persen. Maka Pokja minta bantuan tim teknis OPD untuk evaluasi kewajaran harga,” katanya.

Baca Juga: Tunggu Pemenang Tender, Pengerjaan Pemeliharaan Jalan di Pariaman Molor

Hasil evaluasi, secara rata-rata pemenang tender di Sumbar adalah penyedia dengan penawaran 81 persen, meskipun masih ada satu dua yang di bawah angka itu, tetapi cukup banyak pula yang berada di atas 81 persen dari Harga Penawaran Sementara (HPS),” katanya saat acara FGD dengan Asosiasi Penyedia Pengadaan Barang dan Jasa Se-Sumbar di Padang.

Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah meminta Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan Unit Layanan Pengadaan (ULP) memiliki kajian yang tajam terhadap proyek yang akan dikerjakan agar pemenang tender adalah pihak yang benar-benar layak sehingga tidak terjadi putus kontrak di tengah jalan.

“Putus kontrak di tengah jalan yang menyebabkan proyek terhenti itu mengakibatkan perlambatan kesejahteraan rakyat. Tidak boleh terjadi lagi,” katanya.

Ia menyebut hasil evaluasi proyek di Pemprov Sumbar pada tahun 2021, masih ada proyek yang terhenti di tengah jalan karena kontraktor kehabisan dana untuk melanjutkan pekerjaan.

“Padahal kita sudah membuat perencanaan, sudah mengalokasikan anggaran tapi pekerjaan tidak selesai. Padahal proyek pemerintah adalah salah satu faktor pendukung perekonomian masyarakat. Artinya yang dirugikan adalah masyarakat,” ujar Mahyeldi.

Karena itu ia menilai penting upaya untuk memastikan tidak terjadi lagi proyek yang terhenti di tengah jalan namun tetap harus sesuai dengan mekanisme dan aturan yang berlaku.

“FGD dilakukan dengan asosiasi ini salah satunya bertujuan agar terbangunnya kesepahaman antara pemerintah daerah dan penyedia barang dan jasa supaya rakyat tidak dirugikan,” ujarnya.

Selain itu ia meminta agar proyek fisik dengan nilai besar pada 2022 untuk ditender sejak awal tahun agar bisa selesai sebelum September atau Oktober 2022. Hal itu untuk menghindari kendala cuaca yang biasanya sangat tidak bersahabat pada akhir tahun, yang bisa menghambat kelancaran proyek.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat