bdadinfo.com

Dalam Temu Pakar Bersama KKP Terungkap Asal Mula Nama Ikan Hiu Berjalan - News

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut (Dit. KKHL), Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL) dengan menggandeng Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggelar kegiatan temu pakar bertajuk “Temu Pakar untuk Usulan Inisiatif Perlindungan Hiu Berjalan (Hemiscyllium spp)

HARIANHALUAN - Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut (Dit. KKHL), Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL) dengan menggandeng Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggelar kegiatan temu pakar bertajuk “Temu Pakar untuk Usulan Inisiatif Perlindungan Hiu Berjalan (Hemiscyllium spp)”.

Kegiatan ini bertujuan untuk menjaring masukan dan merupakan bagian dari tahapan penetapan status perlindungan hiu berjalan.

Baca Juga: Begini Jurus KKP Cegah Kepunahan Ikan Hiu Berjalan

Dihadiri sejumlah pakar yang berasal dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP), Universitas Halmahera, Universitas Khairun, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pulau Morotai, Yayasan Konservasi Cakrawala Indonesia, Elasmobranch Project Indonesia dan mitra konservasi.

Peneliti Pusat Riset Oseanografi (PRO) BRIN Fahmi menerangkan alasan dinamakan hiu berjalan karena pergerakannya di dasar perairan seperti sedang berjalan, bukan berenang sebagaimana jenis ikan pada umumnya.

Baca Juga: KKP Targetkan Nilai Ekspor Naik Jadi USD7,66 Miliar

Hal ini disebabkan sifat biologi kelompok ikan tersebut yang cenderung menetap di dasar perairan dan lebih menggunakan otot sirip dadanya/pektoral untuk melakukan pergerakan tersebut. Ikan ini termasuk kelompok ikan berukuran kecil (<100 cm TL). Hiu berjalan memiliki range size/populasi kecil sehingga rentan mengalami kepunahan.

"Berdasarkan hasil penelitian, dugaan populasi hiu berjalan spesies Hemiscyllium halmahera sekitar 110 individu/kilometer persegi dengan estimasi populasinya di alam sekitar 400.000 individu. Sedangkan untuk spesies Hemiscyllium henryi sebesar 40 individu/kilometer persegi dengan estimasi populasi di alam sebesar 46.000 individu. Untuk Hemiscyllium freycineti sebesar 200 individu/kilometer persegi dengan estimasi populasi sekitar 660.000 individu. Spesies Hemiscyllium galei sebesar 36 individu/kilometer persegi dengan estimasi populasi sekitar 54.000 individu. Spesies Hemiscyllium strahanii sebesar 180 individu/kilometer persegi dengan estimasi populasi sekitar 130.000 individu. Spesies Hemiscyllium trispeculare sebesar 180 individu/kilometer persegi dengan estimasi populasi sekitar 130.000 individu," terangnya dikutip dari laman resmi kkp.go.id, Rabu, 22 Juni 2022.

Sementara itu, Senior Ocean Program Lead Yayasan Konservasi Cakrawala Indonesia (YKCI), Victor Nikijuluw mengungkapkan keterbatasan penelitian dan kajian tentang hiu berjalan di Indonesia merupakan salah satu hambatan dalam penetapan status pelindungan hiu berjalan ini. Akan tetapi, melihat indikasi adanya ancaman kepunahan, maka upaya konservasi dan pengelolaan, termasuk status pelindungannya perlu ditingkatkan untuk memastikan populasi hiu berjalan di alam tetap lestari.

“Kita berharap bisa mendukung KKP untuk melengkapi dan mengumpulkan informasi tentang hiu berjalan guna menyempurnakan usulan inisiatif penetapan status perlindungan hiu berjalan di Indonesia,” ungkap Victor.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono telah menekankan perlunya mendorong dan memprioritaskan keberlanjutan ekologi laut seiring dengan pemanfaatan laut secara optimal, baik dari aspek ekonomi maupun sosial budaya.

Dengan demikian, tidak hanya generasi saat ini yang dapat merasakan manfaat sumber daya kelautan dan perikanan, tetapi juga generasi yang akan datang. (*)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat