– Pembangunan tol Yogyakarta-Bawen yang terhubung dengan Tol Trans Jawa ruas Semarang-Solo terus dikebut di tahun 2024.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, sempat menolak pembangunan tol Yogyakarta-Bawen ini.
Berangkat dari penolakan tersebut, Kementerian PUPR pun memberikan tawaran solusi terbaik yakni membangun jalan tol dengan konsep melayang.
Sebelumnya, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengusulkan agar rencana Tol Bawen-Yogyakarta diubah menjadi jalan layang saja.
Menurutnya, dari pada membangun Tol Bawen-Yogyakarta, lebih baik membangun Yogyakarta Outer Ring Road atau jalan lingkar luar Yogyakarta saja.
Alasan dari keinginan Sultan HB X dan kekhawatirannya dibangun tol tersebut adalah karena banyaknya situs-situs cagar budaya di sekitar rencana trase tol itu yang dapat mengganggu keberlanjutan cagar budaya yang dilalui.
Menindaklanjuti hal tersebut, Kementerian PUPR akhirnya menyepakati trase tol ini dibangun dengan konsep melayang.
Pembangunan tol Yogyakarta-Bawen dengan konsep melayang dilakukan untuk mengatasi berbagai tantangan geografis.
Dengan membangun jalan di atas tanah atau sungai, proyek ini dapat mengurangi dampak lingkungan serta meminimalkan gangguan terhadap pemukiman sekitar.
Konsep melayang juga dapat mempercepat proses konstruksi dan mengoptimalkan penggunaan lahan yang tersedia.
Selain itu juga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya banjir atau longsor di daerah tersebut.