bdadinfo.com

Bali Jadi Barometer untuk Mengukur Perubahan Paradigma Pariwisata dengan Konsep "Quality Tourism" - News

Anggota Komisi X DPR RI Nuroji saat melakukan Kunjungan Kerja Legislasi Panja RUU Kepariwisataan ke Politeknik Pariwisata, di Denpasar, Bali.

- Perlu adanya perubahan paradigma dalam menyusun RUU tentang perubahan Undang-Undang (UU) Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan.

Perubahan tersebut tentang bagaimana dari sebelumnya bersifat wisata yang berorientasi pada jumlah atau mass tourism menjadi wisata yang berorientasi pada kualitas (quality tourism).

Anggota Komisi X DPR RI, Andreas Hugo Pariera menegaskan bahwa perlunya perubahan paradigma dalam penyusunan RUU dan perubahan menjadi quality tourism menjadi titik berat dalam perubahan UU tersebut.

Baca Juga: Dokter Tirta Ungkap Dugaan Penyebab Pebulu Tangkis China Zhang Zhi Jie Meninggal, Singgung Soal Pertolongan 2 Menit Pertama: Itu Sangat Krusial!

Karena itu, penting untuk mengetahui perkembangan pariwisata yang ada di Bali. Menurut Andreas, Bali sejauh ini memberikan kecenderungan ruang yang sangat terbuka untuk pihak-pihak luar untuk datang dengan menggunakan prinsip mass tourism.

Dilansir dari dpr.go.id, pada 1 Juli 2024, dampak yang didapat ketika pihak luar datang dengan prinsip tersebut, mereka akan datang, tinggal, dan bahkan bekerja untuk mencari nafkah.

"Ini menjadi sesuatu yang problematika yang kini sedang dihadapi. Persoalan seperti ini perlu dihindari dan jangan sampai menjadi tren yang berkembang di Indonesia," kata Andreas di Denpasar, Bali.

Baca Juga: Andre Rosiade 'Bongkar' Penghasilan Putrinya yang jadi Influencer

Karena itu, ini menjadi perhatian yang ada saat ini dalam UU Kepariwisataan yang sedang dilakukan revisi. Bali sendiri akan menjadi salah satu barometer untuk melihat bagaimana pergeseran paradigma RUU yang sedang disusun Komisi X DPR RI.

Selanjutnya, perubahan paradigma jauh lebih penting ketika dilihat dari bagaimana wisatawan datang, lamanya mereka tinggal, dan seberapa banyak uang yang dikeluarkan.

Hal tersebut lebih relevan daripada melihat banyak orang yang datang dan justru mereka datang tidak memberikan kontribusi pariwisata, tetapi hidup dari kepariwisataan.

Baca Juga: Progres Konstruksi 2 Jalan Tol Penghubung Sumatera Utara dan Aceh Secara Menyeluruh Sudah 93 Persen, Berikut Rincian Persentase di Tiap Ruasnya 

Sejauh ini sering kali mendengar di berbagai daerah, salah satunya yaitu Bali yang wisatawannya tidak hanya datang untuk berwisata namun mereka juga menetap dan mencari nafkah di kepariwisataan Bali.

Tidak hanya itu, mereka juga menjadi benalu untuk kepariwisataan, bukan menjadi tourism untuk hidup memberikan kontribusi terhadap kepariwisataan di Indonesia, namun menjadi problematika yang harus dihadapi saat ini.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat