bdadinfo.com

Mengenal Jejak Sejarah Silek Minangkabau: Kesenian Bela Diri Tradisional dari Sumatera Barat - News

Ilustrasi (wonderfulimages.kemenparekraf.go.id)




- Silek Minangkabau adalah seni bela diri tradisional yang berasal dari daerah Pariangan, Padang Panjang, Sumatera Barat. Seni bela diri yang juga dikenal sebagai silat ini, telah menjadi bagian integral dari kebudayaan masyarakat Minangkabau selama berabad-abad dan memiliki sejarah yang kaya dan menarik.

Jejak sejarah silek Minangkabau diyakini telah ada sejak dahulu, dipraktikkan oleh para leluhur suku Minangkabau sebagai bentuk pertahanan diri terhadap ancaman dari alam dan suku-suku lain yang mencoba menaklukkan wilayah mereka.

Melalui perjalanannya, silek juga berkembang dan mengalami berbagai pengaruh budaya dari bangsa asing. Dalam artikel ini kita akan meretas bagaimana silek Minangkabau berkembang hingga masih dipraktekkan oleh orang Minang sampai saat ini.

Baca Juga: Tekanan yang Dirasakan pada Roda-Roda Mobil, Kunci Jawaban IPA Kelas 9 Halaman 53 Kurikulum Merdeka

Sejarah Pendirian Silek

Jejak sejarah silek mungkin sedikit sulit untuk ditemukan karena seni bela diri ini diterima melalui mulut ke mulut. Bukti tertulis juga kebanyakan tidak tersedia untuk diteliti lebih lanjut.

Namun, jika dilansir dari silek.id mengenai buku filsafat 'Filsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat Minangkabau' karya Mid Jamal, ada lima orang penting yang menjadi pendiri dari Silek.

Kelima orang itu adalah Datuak Suri Dirajo (Datuk Suri Diraja), Kambing Utan, Harimau Campo, Kucing Siam, dan Anjiang Mualim. Dengan latar belakang yang berbeda-berbeda para pendiri tersebut mampu memadukan jenis bela diri yang berbeda sehingga menjadi silek seperti saat ini.

Baca Juga: 787 HPR di Padang Panjang Timur Sudah Divaksin Rabies

Datuk Suri Diraja atau dipanggil dengan sebutan Ninik Datuk Suri Diraja oleh cucunya, merupakan seorang tua yang memiliki banyak ilmu dalam berbagai kehidupan sosial. Beliau adalah penasehat dari Sultan Sri Maharaja yang memimpin kerajaan Pariangan pada tahun 1119 Masehi.

Dengan keterampilan beliau dan juga pengetahuan beliau tentang berbagai ilmu, Datuk Suri Diraja menciptakan berbagai macam kesenian hingga gerakan-gerakan silek. Beliau juga sering disebut sebagai 'lubuk akal, lautan budi' tempat orang berguru dan bertanya di masa tersebut.

Sementara itu, keempat pendiri silek lainnya merupakan pengawal dari Sultan Sri Maharaja Diraja. Uniknya keempat orang ini merupakan pendatang dari luar negeri, menggunakan nama hewan bukan nama asli.

Baca Juga: Mahasiswa Universitas Eka Sakti Belajar Tupoksi Anggota Dewan ke DPRD Padang

Kucing Siam diperkirakan datang dari Thailand, Kambing Utan diperkirakan datang dari Kamboja, Harimau Campo diperkirakan dari daerah Champa, dan Anjiang Mualim diperkirakan datang dari Persia.

Keempat pengawal kerajaan tersebut sudah memiliki kepandaian bela diri dari negara asal masing-masing, namun Datuk Suri Diraja mewariskan sebagian ilmu silek kepada mereka.

Perpaduan silek asal dari Datuk Suri Duraja dan bela diri asal dari para pengawal tersebut menciptakan aliran-aliran silek berbeda. Namun semuanya merupakan hasil ajaran dari Datuk Suri Diraja.

Baca Juga: PKM Puskesmas Pasar Baru Pesisir Selatan Pantau Kesehatan Anggota Paskibraka SMAN 2 Bayang

Datuk Suri Diraja telah memformulasikan dan menyeragamkan berbagai ilmu silat yang berisikan sistem dan metode untuk silat Minangkabau.

Peran Silek dalam Kehidupan Suku Minangkabau

Dilansir dari p2k.stekom.ac.id, daerah Minangkabau sebagaimana daerah-daerah Indonesia lainnya merupakan daerah yang subur dengan berbagai kekayaan alam yang ada sejak abad pertama.

Banyak ancaman yang datang untuk merebut kekayaan alam tersebut baik dari pihak asing maupun daerah lainnya di Nusantara.

Baca Juga: PKM Puskesmas Pasar Baru Pesisir Selatan Pantau Kesehatan Anggota Paskibraka SMAN 2 Bayang

Oleh sebab itu, silek diyakini memiliki dua fungsi yaitu sebagai panjago diri (penjaga diri dari musuh) dan parik paga dalam nagari (sistem pertahanan negeri). Kedua fungsi ini yang membuat masyarakat Minangkabau memilih menggunakan silek sebagai bentuk pertahanan dalam menghadapi musuh.

Ada juga beberapa sumber yang mengatakan jika orang Minang suka sekali merantau ke daerah lain. Sehingga dibutuhkan juga seni bela diri yang bisa mempertahankan diri dari ancaman.

Selain itu, silek juga digunakan untuk menjadi dasar seni gerakan tarian dan randai (teater rakyat dari Minangkabau). Pengembangan silek menjadi dasar tarian juga dikatakan merupakan strategi leluhur suku Minangkabau untuk melestarikan bela diri tersebut.

Baca Juga: Buka Bakaua di Nagari III Koto, Bupati Tanah Datar Eka Putra: Pertahankan dan Bisa Menjadi Potensi Wisata

Dengan adanya gerakan-gerakan dasar silek yang diulang dalam seni tari, maka diharapkan generasi penerus tidak akan pernah melupakan bela diri ini.

Meskipun silek Minangkabau telah mengalami perkembangan pesat dan mendapatkan apresiasi dari berbagai kalangan, seni bela diri ini tetap menghadapi tantangan dalam upaya pelestariannya. Dengan pesatnya perkembangan teknologi dan arus globalisasi, tradisi lisan dan budaya mulai luntur.

Namun, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat Minangkabau untuk mempromosikan dan melestarikan silek sebagai warisan budaya tak benda yang berharga.

Baca Juga: Peduli Bidang Keagamaan, Bupati Tanah Datar Eka Putra Serahkan Bantuan Hibah Senilai 10,3 Miliar Lebih

Silek Minangkabau merupakan seni bela diri bersejarah yang mencerminkan kekayaan budaya dan nilai-nilai masyarakat Minangkabau. Sebagai warisan budaya yang unik, silek memainkan peran penting dalam identitas dan kehidupan sehari-hari masyarakat setempat.

Dengan upaya pelestarian yang berkelanjutan, diharapkan silek Minangkabau akan terus lestari dan dihargai oleh generasi mendatang, serta tetap menjadi bagian penting dalam kebudayaan Indonesia.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat