bdadinfo.com

Mengenal Pendukung Militan Jokowi PROJO: Pindah Haluan ke Prabowo atau Ganjar? - News

Logo PROJO. (dok. PROJO)

- Presiden Jokowi sukses menjabat 2 Periode pada Periode 2014 - 2019 dan Periode 2019 - 2024.

Keberhasilan Pria yang sempat menjabat sebagai Gubernur Jakarta pada tahun 2012 lalu itu tidak terlepas dari peran pendukung militant yang setia pada Jokowi hingga saat ini.

Pendukung utama yang militant dan setia pada Presiden Jokowi itu tergabung dari berbagai kalangan. Mereka menamakan dirinya PROJO, singkatan dari Pro-Jokowi.

Dirangkum dari berbagai sumber, Senin, 16 Oktober 2023, PROJO menjadi pendukung miltan dan setia karena sikap kepemimpinan Jokowi yang dekat dengan rakyat biasa.

Baca Juga: Makin Megah! Terowongan Tol Bawah Laut Bakal Dibangun di IKN: Indonesia bisa Sejajar dengan Negara Maju

PROJO dikenal karena merupakan salah satu relawan terbesar dengan memiliki status resmi organisasi dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Ciri khas PROJO, bersifat sukarela, terbuka, sosial, tidak membeda-bedakan ras, suku, agama, golongan, dan latar belakang sosial politik kemasyarakatan.

PROJO sendiri berasal dari bahasa Bahasa Sanskerta yang berarti pemerintahan negeri, kerajaan, atau istana, dan dalam Bahasa Jawa, Kawi yang artinya rakyat.

Dengan nama PROJO, mudah sekali kita selalu mengasosiasikan dengan akronim Pro dan Jokowi, selain karena mirip dengan terbentuknya ProMeg (Pro Megawati) yang terbentuk pada 1998, di mana anggota juga banyak yang menjadi anggota PROJO.

Baca Juga: Gaga-gara Sampah, Oknum Tukang Parkir Tusuk Pak RW Diciduk Tim Klewang

Budi Arie, Menteri Komunikasi dan Informasi Indonesia yang merupakan salah satu dari deklarator, mengkonfirmasi jika kalimat 'PROJO' sudah mudah menancap di kepala, mudah diingat, mudah diucapkan, dan mantap.

PROJO memiliki peran penting dalam mensukseskan Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia, yang menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Presiden yang juga menjabat selama 2 Periode.

Hal ini bermula pada tahun 2013, atau setahun menjelang proses Pilpres 2014, dimana PDIP saat itu masih memiliki wacana untuk kembali mencalonkan Megawati, dengan beberapa pilihan Cawapres, di nataranya Jokowi.

Namun, simpatisan PDIP justru lebih menginginkan adanya calon presiden baru, dan mulai dilakukan proses penyegaran figur terhadap calon presiden baru.

Baca Juga: by.U Hadirkan Program Besbi 4U dengan Berbagai Kejutan dan Hadiah Menarik untuk Gen Z

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat