- Berbicara soal Kapal Pinisi, tentu yang mungkin dilihat hanyalah sekedar kapal untuk pajangan, tetapi ternyata digunakan untuk mengelilingi Labuan Bajo.
Ya, kapal yang juga disebut sebagai Kapal Cheng Ho, kapal berbahan kayu yang merupakan kreasi dari orang-orang Suku Bugis dan Suku Makassar di Sulawesi Selatan.
Karena pada saat itu, masyarakat dari dua suku tersebut memang terkenal sebagai pelaut yang tangguh dan cekatan, sehingga pandai dalam membuat jenis-jenis kapal untuk pelayaran.
Baca Juga: Prabowo vs Ganjar, Afrimadona Populi Center: Anies Baswedan yang Justru Diuntungkan
Meskipun Kapal Pinisi saat ini sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah, namun ada hal unik dibalik Kapal Pinisi.
Salah satunya, adalah pembuatan, desain dan juga rute pelayaran, yang tentu saja paling banyak diminati oleh wisatawan lokal maupun mancanegara untuk menaiki Kapal tersebut.
1. Warisan Dari Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan
Suku Bugis dan Suku Makassar, merupakan wilayah yang dikenal sebagai pelaut asli Nusantara yang sangat tangguh, dan pembuatan kapal pinisi pertama kali dilakukan oleh kedua suku tersebut pada abad ke 14.
Menurut naskah kuno yang ditulis oleh Lontarak I Babad La Lagaligo, disebutkan bahwa kapal pinisi dibuat oleh masyarakat di sekitar perairan Desa Ara, Tanah Lemo dan Bira.
Pembuatan kapal tersebut, dilakukan sebagai usaha perakitan kembali sebuah kapal milik putra mahkota Kerajaan Luwu, Sawerigading, yang terbelah akibat dihantam gelombang.
Baca Juga: Libur Nataru Makin Asyik Lewat Sini, 5 Ruas JTTS Sepanjang 126 KM Beroperasi Gratis!
2. Pembuatan Kapal Diperlukan Kesakralan Dalam Ritual
Pembuatan kapal pinisi diiringi oleh serangkaian ritual yang memerlukan tak sedikit waktu dan usaha, dan pengumpulan bahan baku utama berupa kayu jati dan mahoni.