- Setelah melewati musim kemarau yang cukup panjang hingga akhir bulan Oktober lalu, petani kopi akhirnya bisa bernafas lega saat mulai memasuki bulan November dimana curah hujan semakin meningkat.
Pasalnya ketika musim kemarau, tanaman kopi menjadi kering dan pertumbuhannya kurang baik, sehingga tidak menghasilkan cukup bunga dan buah, bahkan hasil panen kopi pun tidak signifikan.
“Saat musim kemarau, tanaman kopi sulit berbunga, jadinya buahnya pun sedikit. Banyak tanaman kopi yang kekeringan bahkan mati. Berbeda dengan saat musim hujan, bunganya lebat dan rimbun memenuhi hampir setiap ranting pohon kopi sehingga buahnya juga banyak,” ujar Nurlela seorang petani kopi di Sungai Penuh, Jambi.
Petani kopi sangat berbahagia ketika memasuki musim hujan karena menurut mereka, hujan adalah momen yang sangat disukai oleh tanaman kopi.
Tanaman kopi memasuki fase terbaiknya ketika musim hujan.
Bagi petani kopi, musim hujan adalah waktu yang sangat tepat untuk memupuk tanaman kopi.
Sebab ketika musim hujan, pupuk yang diberikan lebih mudah diserap oleh akar-akar serabut kopi karena adanya cukup air untuk melakukan penyerapan tersebut.
“Di musim hujan seperti ini, tidak ada daun-daun kopi yang berguguran atau menjadi kering. Kecuali jika daun-daun tersebut sudah menjadi tua. Begitu juga dengan bunga-bunganya,” ucap Nurlela.
Meskipun di musim hujan tanaman kopi menjadi sangat baik, bukan berarti petani kopi tidak menemukan tantangan.
Ketika musim hujan, petani harus lebih ekstra dalam membersihkan rerumputan yang tumbuh.
“Ketika musim hujan seperti ini, rumput yang tumbuh di sekitar pohon kopi menjadi sangat banyak dan subur sehingga kami harus mengeluarkan usaha yang lebih besar untuk membersihkan rumput-rumput tersebut,” kata petani kopi berdarah batak tersebut.