- Kota Palembang, ibu kota Provinsi Sumatera Selatan, dikenal sebagai salah satu kota tertua di Indonesia dengan warisan budaya yang kaya.
Salah satu ikon terkenalnya adalah Jembatan Ampera, yang tak hanya menjadi jalan penghubung antara dua bagian kota yang terpisah oleh Sungai Musi, tetapi juga memancarkan pesona sejarah yang menarik.
Baca Juga: Bupati Agam Safari Ramadan di Masjid Nurul Huda Tanjung Alam, Serahkan Berbagai Bantuan
Jembatan Ampera tidak hanya merupakan simbol modernitas dan perkembangan infrastruktur kota Palembang, tetapi juga menjadi saksi bisu dari sejarah perjalanan panjang kota ini.
Dibangun pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, jembatan ini bukan hanya sekadar jalur transportasi, tetapi juga sebuah lambang kebanggaan bagi warga Palembang.
Namun, yang membuat Jembatan Ampera semakin menarik adalah cerita di balik pendanaannya.
Baca Juga: Singgah Sahur! Warga Kurang Mampu di Jawi-jawi Dapat Bantuan Bedah Rumah dari Gubernur Sumbar
Ternyata, sebagian dana pembangunan jembatan ini berasal dari hasil rampasan perang penjajah Jepang.
Fakta ini memberikan dimensi baru pada sejarah jembatan ini dan menunjukkan betapa perjalanan pembangunannya terkait erat dengan peristiwa-peristiwa sejarah yang memengaruhi Indonesia pada masa itu.
Tak hanya memiliki sejarah yang unik, Jembatan Ampera juga menorehkan prestasi yang patut diacungi jempol.
Pada tahun 1965, jembatan ini meraih gelar sebagai jembatan terpanjang di Asia Tenggara dengan panjang mencapai 1,177 kilometer dan lebar 22 meter.
Keberhasilan ini tidak hanya membanggakan warga Palembang, tetapi juga menunjukkan kemajuan teknologi konstruksi pada masa itu.
Penamaan "Ampera" juga memiliki makna mendalam. Diambil dari sebuah selogan bangsa Indonesia pada tahun 1960, yaitu "Amanat Penderitaan Rakyat" yang disingkat menjadi "Ampera".