bdadinfo.com

Aktivis Lingkungan Minta Unilever Tanggung Jawab akan Sampah Plastik Kemasan Produknya - News

aktivis lingkungan lakukan aksi damai

- Unilever dimintai pertanggung jawaban atas sampah plastik kemasan produk yang dihasilkannya. Aktivis lingkungan hidup menyebut, sampah plastik dari kemasan produk Unilever memberi dampak buruk yang mengakibatkan pencemaran lingkungan.

Di Indonesia, produk dari Unilever banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia terutama untuk menunjang kebutuhan rumah angga seperti sabun, shampo, deterjen, dan lainnya.

Seperti diketahui, Unilever merupakan perusahaan multinasional yang bergerak dalam bidang produksi makanan, minuman, pembersih, dan perawatan tubuh.

Baca Juga: F1 GP Spanyol 2024: Max Verstappen Tidak Tertandingi, Lewis Hamilton Raih Podium Perdana Musim Ini

Sebuah jaringan masyarakat sipil Indonesia yang tergabung dalam gerakan yang bernama Break Free From Plastic telah melakukan brand audit sampah plastik yang dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia.

Berdasarkan hasil brand audit sampah kemasan produk Unilever, dinyatakan bahwa sampah kemasan produk Unilever dituding menjadi salah satu pencemar teratas dengan jumlah total 1.851 kemasan plastik sekali pakai.

Selain itu, Greenpeace Indonesia yang juga merupakan salah satu organisasi independen non-pemerintah yang memiliki fokus pada pelestarian lingkungan hidup secara global, turut turun tangan dalam mengatasi hal tersebut.

Greenpeace Indonesia melakukan aksi damai dengan mengembalikan sampah plastik produk Unilever di depan Grha Unilever, BSD, Tangerang pada Kamis (20/6).

Sampah-sampah tersebut dikembalikan dengan menggunakan karung transparan dan yang lebih unik lagi yaitu dengan menempelkan sampah-sampah kemasan tersebut pada papan berukuran besar yang dibentuk sama seperti logo Unilever.

Dilakukannya aksi tersebut karena diketahui bahwa Unilever tahun ini memiliki rencana untuk memproduksi dan menjual 53 miliar kemasan saset yang setara dengan 1.700 saset per detik.

Baca Juga: Bukittinggi Gelar Tausiyah dan Muhasabah, Hadirkan Ustadz Jel Fathullah dan Ustadz Zaenal Mutaqqin

Di samping itu, aksi damai tersebut dibuat sebagai respon dari Break Free From Plastic terhadap pembatalan komitmen pengurangan penggunaan plastik murni dari sebesar 50 persen di tahun 2025 menjadi sebesar 30 persen di tahun 2026.

“Kami meminta pertanggungjawaban produsen untuk mengambil dan mengolah kembali sampah plastik yang telah mereka hasilkan,” kata Ibar Akbar, Plastic Project Lead Greenpeace Indonesia, disela-sela aksi, dikutip dari Mongabay.co.id, Kamis (20/06).

Greenpeace pun menilai, pembatalan komitmen Unilever atas pengurangan penggunaan plastik tersebut tak sejalan dengan klaim Unilever yang menginginkan dunia bebas limbah.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat