– Badan Geologi menanggapi isu yang beredar mengenai potensi terjadinya gempa megathrust dengan kekuatan 8,7 SR di wilayah Jakarta.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rudy Suhendar, menegaskan bahwa wilayah Indonesia secara umum rentan terhadap gempa bumi.
Gempa bumi berpotensi baik yang berasal dari zona subduksi (tumbukan), intraslab (pertemuan antara lempeng samudera dan lempeng benua), maupun patahan di darat.
Namun, sampai saat ini belum ada cara yang tepat untuk memprediksi lokasi, waktu, dan magnitudo gempa bumi.
Rudy menjelaskan bahwa potensi terjadinya gempa bumi tidak hanya terbatas pada wilayah Jakarta.
Mulai dari ujung barat laut Sumatera, Jawa, Bali, Sumbawa, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, Maluku, hingga Papua, semua wilayah ini memiliki kerentanan terhadap gempa.
Baca Juga: Sejarah! Pesawat Penumpang Terbesar di Dunia Airbus A380 800 Mendarat di Indonesia Pertama Kalinya
Salah satu jalur Megathrust membentang dari barat laut Sumatera hingga selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara yang terbagi menjadi beberapa segmen, termasuk segmen di selatan Selat Sunda.
Gempa Megathrust adalah salah satu jenis gempa bumi yang memiliki mekanisme sesar naik dengan magnitudo yang sangat besar.
Gempa ini terbentuk melalui proses subduksi (tumbukan) antara dua lempeng tektonik, di mana salah satunya menunjam ke bawah.
Rudy juga menjelaskan bahwa ada tiga kelompok gempa bumi yang berpotensi berdampak pada wilayah Jakarta.
Tiga kelompok, yaitu: gempa bumi dari zona subduksi (megathrust) yang jaraknya lebih dari 200 km dari kota Jakarta, gempa bumi dari zona intraslab dengan pusat gempa berada di bawah wilayah Jakarta, dan gempa bumi akibat aktivitas patahan di darat di sekitar Jakarta.
Rudy menyatakan bahwa gempa adalah hal yang pasti terjadi, hanya saja kita belum tahu kapan dan di mana terjadinya.