bdadinfo.com

Lebih dari 61 Ribu Orang Meninggal di Eropa Musim Panas Lalu Akibat Gelombang Panas Ekstrem - News

Ilustrasi Cuaca Panas (lifeforstock/Freepik)

- Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Institut Kesehatan Global Barcelona dan Institut Nasional Kesehatan Prancis, menemukan bahwa lebih dari 61.000 orang meninggal di Eropa musim panas lalu akibat gelombang panas ekstrem.

Studi tersebut menunjukkan bahwa Italia mengalami jumlah kematian akibat panas tertinggi, mencapai 18.010 jiwa. Diikuti oleh Spanyol dengan 11.324 kematian, dan Jerman dengan 8.173 kematian.

Berdasarkan data awal dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), dunia mengalami minggu terpanas sepanjang sejarah minggu lalu.

Baca Juga: Usung Pagelaran Seni Budaya, Wali Nagari Kamang Mudiak Diapresiasi Bupati Agam

Ini menyusul bulan Juni terpanas sepanjang sejarah, dengan suhu permukaan laut yang belum pernah terjadi sebelumnya dan luas es laut Antartika yang mencapai rekor terendah.

Studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Medicine ini fokus pada periode antara 20 Mei dan 4 September 2022 dan menemukan bahwa 3.469 orang meninggal di Inggris.

Musim panas tahun 2022 menjadi musim panas terpanas yang pernah tercatat di Eropa dan ditandai oleh kekeringan, kebakaran hutan, dan periode panas ekstrem.

Baca Juga: Pegiat Media Sosial Ini Sebut Anies Baswedan Mampu Buktikan Janji Selama 5 Tahun Jabat Gubernur DKi

Periode paling intens terjadi antara pertengahan Juli dan pertengahan Agustus, di mana peneliti mengungkapkan bahwa 38.881 orang meninggal di seluruh benua Eropa.

Mortalitas akibat panas lebih tinggi di kalangan orang tua, terutama perempuan.

Jumlah kematian tertinggi di Eropa akibat panas terjadi pada tahun 2003, ketika lebih dari 70.000 kematian berlebih tercatat.

Penulis studi, Joan Ballester Claramunt, mengatakan: "Musim panas tahun 2003 merupakan fenomena yang sangat langka, bahkan jika memperhitungkan pemanasan yang disebabkan oleh aktivitas manusia yang terjadi hingga saat itu.

"Kejadian luar biasa ini menyoroti kurangnya rencana pencegahan dan kerentanan sistem kesehatan dalam menghadapi darurat terkait iklim, yang dalam beberapa hal telah ditangani pada tahun-tahun berikutnya.

"Sebaliknya, suhu yang tercatat pada musim panas tahun 2022 tidak bisa dianggap sebagai kejadian luar biasa, dalam arti bahwa suhu tersebut dapat diprediksi dengan mengikuti data suhu pada tahun-tahun sebelumnya, dan menunjukkan bahwa pemanasan telah mengalami percepatan dalam dekade terakhir."

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat