bdadinfo.com

JKN Mengiringi Perjalanan Pengobatan Ginjal - News

Nolanda Anisa Putri mahasiswi di salah satu universitas negeri dan menjadi peserta JKN segmen PBU.

Kehadiran program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah memberi banyak manfaat dan kemudahan bagi para pesertanya sejak dikenalkan pada tahun 2014 hingga sekarang.

Hadirnya menjadi solusi atas segala keresahan akan tagihan biaya yang akan dikeluarkan, termasuk pengobatan penyakit ginjal.

Hal ini juga dirasakan oleh Nolanda Anisa Putri mahasiswi di salah satu universitas negeri dan menjadi peserta JKN segmen PBU.

Baca Juga: Bendungan Leuwikeris Ditargetkan Selesai Tahun 2023,Siap Dukung Irigasi untuk Tasikmalaya, Ciamis, dan Cilacap

Nolanda menyampaikan bahwa keluarganya sudah sejak lama terdaftar sebagai peserta JKN segmen PBU. Dan salah satu manfaat pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional yang ia rasakan adalah ketika almarhumah ibunya mengidap penyakit ginjal pada tahun 2018.

Nolanda menyampaikan awal mula mengetahui bahwa almarhumah ibunya mengidap penyakit ginjal ketika almarhumah ibunya mengeluh mudah sakit pinggang, buang air kecil yang sedikit dan gusi juga tidak berdarah.

Kemudian almarhumah ibunya memutuskan untuk memeriksakan ke puskesmas. Setiba di puskesmas, almarhumah ibunya Nolanda mendapatkan pelayanan administrasi yang baik dan dilakukan pemeriksaan.

Dari hasil pemeriksaan, ditemukan bahwa hemoglobin (Hb) almarhumah ibunya rendah dan ada indikasi mengidap penyakit ginjal dan disarankan dirujuk ke rumah sakit.

“Ketika tahu ada indikasi sakit ginjal, mama langsung mencari tahu dari tetangga dan orang-orang terdekat kira-kira rumah sakit mana yang bisa rujukan untuk penyakit ini. Akhirnya disarankanlah untuk meminta rujukan ke RSU Citra BMC dan mama langsung mengurus proses rujukan dan syukurnya tidak terlalu sulit”, ujar Nolanda.

Baca Juga: Pemeriksaan Mata Mudah, Keuangan Aman dengan Program JKN

Proses rujukan tidak melalui proses yang sulit dan langsung dilakukan pemeriksaan. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa memang ada masalah pada ginjal almarhumah ibunya dan diharuskan untuk menjalani terapi hemodialisis atau yang dikenal dengan cuci darah.

Almarhumah ibunya Nolanda memutuskan untuk menjalani terapi hemodialisis. Terapi hemodialisis rutin dilakukan rutin tiga kali setiap minggunya.

Seiring waktu, hemoglobin (Hb) meningkat dan kondisi mulai membaik. Terapi hemodialisis pun mulai dilakukan rutin dua kali saja setiap minggunya.

Semua penanganan yang dialami oleh almarhumah ibunya Nolanda dimulai dari administrasi, pemeriksaan, rujukan dari puskesmas hingga administrasi, pemeriksaan dan terapi di rumah sakit tidak ada mengeluarkan biaya sedikitpun. Pelayanan juga diberikan dengan baik, tidak menyulitkan dan tidak membeda-bedakan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat