bdadinfo.com

Jepang Dilanda Kasus Bakteri 'Pemakan Daging', Akankah Sampai ke Indonesia? - News

Ilustrasi suasana di salah sudut kota di Jepang (Freepik.com)

- Saat ini, jepang sedang dilanda sebuah infeksi Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS) atau Sindrom Syok Toksik Streptococcus.

Berdasarkan informasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, infeksi tersebut disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes tipe A yang dapat menyerang tenggorokan dan kulit. Bakteri ini juga disebut sebagai bakteri "pemakan daging", mengapa demikian?

Menurut Kemenkes RI, bakteri Streptococcus pyogenes tipe A dapat menghancurkan kulit, lemak, dan jaringan otot dalam waktu yang singkat. bakteri ini juga bersifat mudah menular melalui pernapasan dan droplet dari penderita.

Baca Juga: Hasil Undian Babak Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia Telah Diumumkan, Timnas Indonesia Bakal Kesulitan?

Di Jepang, kasus STSS hingga sekarang hampir mencapai 1000 kasus dan menjadi perhatian global. Lalu, akankah bakteri tersebut sampai ke Indonesia?

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik dr. Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, hingga saat ini di Indonesia belum ada laporan tentang kasus bakteri "pemakan daging".

“Kalau sampai saat ini di Indonesia belum ada laporan ya untuk kasus bakteri “pemakan daging”,” ungkap dr. Siti Nadia Tarmizi, dikutip dari SehatNegeriku, Kamis (27/6).

Walaupun demikian, pihaknya akan terus memantau perkembangan terkait kasus bakteri tersebut melalui surveilans sentinel Influenza Like Illness (ILI) - Severe Acute Respiratory infection (SARI) serta pemeriksaan genomik.

Pada kasus STSS yang melanda Jepang sekarang, umumnya merupakan kasus di rumah sakit yang disebabkan oleh bakteri streptococcus dan mengakibatkan munculnya gejala yang sama dengan faringitis atau peradangan pada tenggorokan atau faring.

Baca Juga: Sejarah Islam di Indonesia, Kunci Jawaban SKI Kelas 9 Halaman 19-21 Uji Kompetensi Bab 1 Kurikulum Merdeka

Jika tak ditangani dengan baik, STSS dapat berakibat fatal karena penderita bisa mengalami sepsis dan gagal multiorgan. Namun, penyebab pasti dari STSS belum diketahui karena gejala yang timbul tergolong ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya.

Sejak tahun 1999. Jepang telah melaporkan kasus infeksi bakteri Streptococcus melalui sistem notifikasi surveilans dengan data 2 tahun terakhir yaitu sebanyak 941 kasus pada tahun 2023 dan 977 kasus pada Juni 2024.

Meski terdengar mengkhawatirkan, tingkat penularan STSS lebih rendah dibandingkan COVID-19 dan hingga saat ini belum ditemukan vaksin khusus untuk mencegah infeksi bakteri "pemakan daging" tersebut.

dr. Nadia pun tetap mengimbau kepada masyarakat untuk terus menerapkan pola hidup sehat, menggunakan masker jika sakit, dan membiasakan mencuci tangan secara rutin.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat