bdadinfo.com

Kisah Mohammad Yamin: Pemuda Sawahlunto Sang Pelopor Sumpah Pemuda - News

Sosok M. Yamin.  (dok. Narasi Sejarah)

- Muhammad Yamin adalah salah satu dari sekian banyak tokoh kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Sumatera Barat.

Mohammad Yamin lahir di Talawi, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat pada 24 Agustus 1903. Dia merupakan sosok pahlawan nasional yang memiliki kepiawaian di bidang sastra, sejarah, budayawan, politikus, hingga ahli hukum.

Sosok Mohammad Yamin sendiri merupakan anak dari salah seorang Mantri Kopi (Koffeiepakhuismeerster) di Talawi, yakni Oesman Bagindo Khatib sekaligus sebagai Kepala Adat Minangkabau saat itu.

Baca Juga: Moeldoko Sebut Sagu Cocok Ditanam di Lahan Bekas Tambang di Babel, Ini Alasannya

Saat di Sawahlunto, Mohammad Yamin menempuh pendidikan di sekolah pemerintah Hindia-Belanda yakni Hollandsch-Inlandsche School (HIS) sebelum ia meneruskan pendidikannya di Bogor pada tahun 1923.

Ketika Mohammad Yamin berusia 17 tahun, ia telah menulis sebuah puisi dan esai yang berjudul Tanah Air yang dimuat di majalah Jong Sumatra tepatnya Juli 1920.

Adapun esai tersebut terkait dengan penggunaan bahasa yang saat itu masih belum diusahakan dan belum dipelajari seutuhnya, padahal menurutnya tidak ada suatu bangsa apabila tidak ada bahasa.

Saat Mohammad Yamin di Bogor menempuh pendidikan untuk menjadi seorang Dokter Hewan, namun dalam perjalanannya, Ia merasa tidak cocok sehingga Drop Out dari sekolah tersebut dan melanjutkan pendidikannya di Sekolah Pertanian dan Peternakan di Bogor (1923).

Sama hal-nya dengan dokter hewan, Mohammad Yamin merasa bahwa bertani bukanlah bakatnya. Dia mengambil keputusan untuk mengulang lagi SMA nya di Surakarta dengan konsentrasi sastra timur.

Baca Juga: Paket 'JITU 1' dari IndiHome, Solusi Internet Unlimited Cepat Hingga 100 Mbps untuk Aktivitas Digital Keluarga

Pada saat itu ia merasa bahwa sastra tersebut adalah dunianya, ia merasa dengan puisi-nya akan bisa merubah dunia.

Hal ini terlihat dari puisinya yang berjudul Tanah Air tersebut, saat itu kata tanah air baru pertama kali digunakan. Puisi tersebut kemudian dibukukan pada tahun 2022 dengan judul yang sama.

Dari buku Tanah Air tersebut kemudian menjadi konsep kebudayaan, terkhususnya penggunaan bahasa sebagai unsur terbentuknya suatu bangsa.

Baca Juga: Razia Gepeng Terus Berlanjut, Pemko Pekanbaru Bakal Gelar Pelatihan Lagi Tahun 2024

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat