bdadinfo.com

Penyebab Kudeta Guinea karena Korupsi dan Presiden Ubah Konstitusi untuk Menjabat 3 Periode - News

Sumber: France24.com

- Pasukan elit tentara Guinea melakukan sebuah kudeta militer, terhadap pemerintahan resmi Presiden Alpha Conde, pada Minggu, 5 September 2021 lalu. Kontak senjata terjadi pada Minggu pagi di negara Afrika bagian Barat tersebut. Namun pada siang hari sudah tidak terdengar lagi suara baku tembak. Selain itu, Doumbouva mulai muncul di stasiun televisi negara, untuk mengumumkan keberhasilannya melengserkan Conde.

Dilansir dari Tempo.co, sebuah video menunjukkan Conde sedang dikelilingi pasukan militer. Namun menurut Reuters, belum bisa dikonfirmasi keberadaan presiden itu saat ini. Sumber-sumber militer Guinea mengatakan, presiden dibawa ke sebuah lokasi yang dirahasiakan. Sumber lainnya mengatakan bahwa pasukan yang dikomandani oleh Doumbouya telah melakukan beberapa penangkapan lainnya.

Meski demikian, keselamatan Presiden Alpha Conde dijamin oleh Kepala Tentara Pasukan Khusus, Mamady Doumbouya. Kesejahteraan Presiden Conde dijamin oleh pasukan khusus. Conde diberi akses untuk bertemu dengan dokter pribadinya. Mamady Doumbouya mengatakan, kudeta yang dilakukan pasukannya telah resmi menghilangkan pemerintahan beserta segala institusinya. "Kami akan menyusun ulang konstitusi secara bersama-sama," ujarnya, dikutip melalui Tempo.co.

Sambutan Masyarakat Guinea

Pengumuman kudeta tersebut, disambut sebagian warga Guinea dengan turun ke jalan meneriakkan dukungan atas dijatuhkannya presiden Conde. Seorang saksi mata Reuters melihat truk, mobil pick-up, dan kendaraan militer lain yang disertai pengendara sepeda motor membunyikan klakson di tengah teriakan massa. "Guinea bebas! Bravo," teriak seorang wanita dari atas balkonnya.

Penyebab Kudeta Militer Guinea

Dilansir melalui pikiranrakyat.com, penyebab terjadinya kudeta militer di Guinea adalah korupsi yang menyebabkan kemiskinan akut. Selain itum karena diubahnya konstitusi negara, yang membuat Presiden Alpha Conde bisa menjabat sebagai Presiden Guinea untuk periode yang ketiga.

Presiden Alpha Conde terpilih lagi sebagai Presiden Guinea untuk yang ketiga kalinya, pada bulan Oktober 2020 lalu. Terpilihnya kembali Presiden Alpha Conde sebagai Presiden Guinea, memicu protes keras dari masyarakat Guinea. Karena Alpha Conde dinilai tidak mampu mengentaskan kemiskinan, berpotensi menjabat dalam jangka waktu yang panjang dengan praktik otoritarianisme.

Salah seorang warga di ibu kota Konakry, yang bernama Alassane Diallo menggambarkan, betapa korupsi telah menjalar hebat di Guinea, selama kepemimpinan Presiden Alpha Conde. "Saat Presiden berkata dimana-mana bahwa dia ingin memberantas korupsi, kasus pengglelapan dana publik justru meningkat," ucapnya, dikutip melalui pikiranrakyat.com.

Awalnya, pemilihan Alpha Conde dinilai awal baru dari negara Guinea. Namun harapan lebih besar daripada kenyataan. Faktanya, negara yang kaya akan mineral tersebut tidak dapat mengatasi kemiskinan. Alpha Conde kemudian dinilai gagal oleh masyarakat Guinea dalam mengatasi kemiskinan dan hanyut dalam otoritarianisme. Hal tersebut yang menyebabkan sebagian masyarakat bersorak atas kudeta militer terhadap Conde.

Mendapat Kecaman dari Organisasi Dunia

Kudeta militer yang dilakukan oleh pasukan khusus tersebut, mendapat kecaman keras dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Gutteres mengatakan, bahwa dia sangat mengutuk kudeta militer yang dilakukan tentara pasukan khusus terhadap Presiden Guinea, Alpha Conde. PBB juga menyerukan agar Conde segera dibebaskan.

Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) mengancam, akan menjatuhkan sanksi setelah apa yang disebut ketuanya, Presiden Ghana Nana Akufo-Addo, sebagai upaya kudeta.

Tidak hanya PBB dan ECOWAS, Uni Afrika turut bersuara. Uni Afrika mengatakan akan segera bertemu dan mengambil "langkah-langkah yang tepat" sementara kementerian luar negeri di Nigeria, kekuatan dominan di kawasan itu, menyerukan kembalinya tatanan konstitusional.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat