bdadinfo.com

Weton dalam Penanggalan Jawa Ternyata Terhubung dengan Budaya Islam - News

Cara menghitung weton atau Kalender Sultan Agungan yang dipakai dalam lingkungan Keraton Yogyakarta  (Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat)

- Sebagian besar masyarakat Jawa hingga kini masih mengandalkan weton untuk menentukan tanggal, dan hari dalam pelaksanaan acara-acara penting.

Dengan perhitungan weton, dipercaya dapat mengetahui hari yang paling baik untuk pelaksanaan kegiatan tersebut.

Perhitungan weton menggunakan neptu atau nilai harian dan pasaran. Dalam sejarahnya, nama kedua hari tersebut berkaitan juga dengan kejayaan Kerajaan Mataram Islam yang dipimpin Sultan Agung.

Baca Juga: 2 Langkah Mudah Download Video TikTok dengan Aplikasi Tikmate Tanpa Watermark, Gratis Link!

Dilansir dari situs resmi Keraton Yogyakarta, kalender Jawa disebut juga kalender Sultan Agungan. Nama tersebut diambil dari salah satu Raja Mataram Islam, Sultan Agung.

Sultan Agung (Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma) memerintah Kerajaan Mataram Islam pada tahun 1613-1645 Masehi. Dia adalah raja ketiga dari Kerajaan Mataram Islam.

Pada mulanya, penanggalan yang sekarang dikenal dengan kalender Jawa menggunakan bahasa sanskerta dan dikenal dengan Kalender Saka yang berasal dari India.

Baca Juga: Kok Nikah di KUA Mendadak Trending di Twitter, Ternyata Gegara Kisah Pasangan Ini

Kalender Saka didasarkan pergerakan matahari (solar) sementara Kalender Jawa didasarkan pada pergerakan bulan (lunar), seperti penanggalan Hijriyah Islam.

Sultan Agung melihat perayaan-perayaan adat yang diselenggarakan oleh keraton tidak selaras dengan perayaan-perayaan hari besar Islam.

Sultan Agung ingin perayaan-perayaan tersebut dapat bersamaan waktu. Untuk itulah diciptakan sebuah sistem penanggalan baru, perpaduan antara kalender Saka dan kalender Hijriyah.

Baca Juga: Mengenal Aplikasi Snaptik, Solusi Download Video TikTok Tanpa Watermark!

Pada tahun 1625 M, Sultan Agung berusaha menyebarkan agama Islam di wilayah kerajaan Mataram. Salah satunya dengan mengeluarkan dekrit untuk mengubah penanggalan Saka.

Sejak saat itu kalender Jawa versi Mataram menggunakan sistem kalender kamariah atau lunar, namun tidak menggunakan angka dari tahun hijriyah (saat itu tahun 1035 H).

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat