bdadinfo.com

Memahami Penyebab Tendensi Bunuh Diri yang Berkembang di Kalangan Anak-anak sampai Remaja - News

Illustrasi bunuh diri (Freepik.com)

Baru-baru ini, terjadi kasus bunuh diri yang dilakukan oleh anak seorang siswa kelas 5 sekolah dasar di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah yang masih berumur 10 tahun.

Si Anak nekat mengakhiri hidupnya setelah handphone miliknya disita oleh orang tuanya agar dirinya berhenti bermain ponsel.

Kasus bunuh diri di kalangan generasi muda masih menjadi masalah serius saat ini, karena bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua terbesar pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda.

Baca Juga: Hari Guru Nasional, Inilah 5 Rekomendasi Film tentang Perjuangan Guru yang Wajib Ditonton, Sanggup Mainkan Emosi Penonton

Kematian seorang anak yang diakibatkan oleh bunuh diri merupakan sebuah tragedi dan memberikan dampak jangka panjang dan mendalam terhadap keluarga, teman, dan komunitas yang lebih luas.

Mayoritas anak-anak, remaja, dan dewasa muda berusia 15 sampai 24 tahun yang melakukan bunuh diri memiliki gangguan kesehatan mental yang signifikan.

Biasanya depresi, selain itu bunuh diri yang dilakukan oleh anak-anak yang lebih kecil seringkali bersifat impulsif.

Baca Juga: Latih Kemampuan Kehumasan, Kantor Wilayah BPN Provinsi Jawa Barat Adakan Workshop

Semua berhubungan dengan perasaan sedih, kebingungan, marah, atau masalah dengan perhatian dan hiperaktif.

Depresi dan perasaan ingin bunuh diri adalah gangguan mental yang bisa diobati, namun sebelumnya penyakit yang diderita anak atau remaja perlu dikenali dan didiagnosis, serta diobati dengan tepat melalui rencana pengobatan yang komprehensif.

Pemikiran tentang bunuh diri dan upaya bunuh diri sering kali dikaitkan dengan masalah kesehatan mental atau depresi dan faktor risiko lainnya yaitu:

Baca Juga: Profil Claudio Echeverri, Pemain yang Sukses Membawa Argentina ke Babak Semifinal Piala Dunia U-17 2023

1. Riwayat keluarga percobaan bunuh diri.

2. Paparan kekerasan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat